Mendorong Ketahanan Pangan Nasional Melalui Optimalisasi Pertanian Berbasis Ekonomi Hijau
Pada tahun 2024, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) kembali menegaskan komitmennya terhadap penguatan ketahanan pangan nasional melalui penelitian mendalam yang dilakukan oleh peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVI. Salah satu kontribusi signifikan adalah Taskap yang disusun oleh Kolonel Inf Anggit Exton Yustiawan, S.H., M.H., dengan judul Optimalisasi Pengelolaan Pertanian Berbasis Ekonomi Hijau Guna Penguatan Ketahanan Pangan Nasional.
Penelitian ini berfokus pada strategi optimalisasi pengelolaan sektor pertanian berbasis ekonomi hijau untuk menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Ekonomi hijau menjadi pendekatan utama dalam upaya mentransformasi sistem pertanian yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, efisiensi energi, dan pengurangan emisi karbon.
Latar belakang penelitian ini menunjukkan urgensi akan sistem pangan berkelanjutan. Berdasarkan data Indeks Ketahanan Pangan Nasional dan Global Food Security Index (GFSI) 2022-2023, Indonesia berada pada peringkat 63 dunia, yang masih di bawah rata-rata global. Hal ini menyoroti perlunya langkah strategis dalam pengelolaan pertanian nasional.
Penulis mengidentifikasi sejumlah tantangan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia, seperti alih fungsi lahan, rendahnya penerapan teknologi modern, dan kurang optimalnya pengelolaan sumber daya alam. Dalam Taskap-nya, Kolonel Anggit menggarisbawahi bahwa sistem ekonomi hijau dapat menjadi solusi dengan fokus pada tiga aspek utama: transisi dari bahan bakar fosil, efisiensi energi, dan mitigasi perubahan iklim.
Penelitian ini juga menawarkan berbagai solusi strategis, termasuk diversifikasi konsumsi pangan, peningkatan produktivitas beras melalui varietas unggul, serta pengembangan kebijakan yang mendukung penggunaan teknologi modern seperti nanoteknologi dan Internet of Things (IoT) dalam pertanian. Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan petani dapat mengelola lahan secara lebih efisien dan meningkatkan hasil panen tanpa merusak lingkungan.
Salah satu keunggulan dari penelitian ini adalah pendekatannya yang berbasis data dan fakta. Berdasarkan pemetaan kerawanan pangan oleh Badan Ketahanan Pangan, wilayah Indonesia Timur seperti Papua dan Papua Barat menjadi prioritas utama dalam penguatan ketahanan pangan. Penelitian ini mendorong langkah-langkah strategis untuk mengatasi ketimpangan distribusi pangan dan meningkatkan aksesibilitas di wilayah tersebut.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat dukungan terhadap petani lokal, seperti penyediaan subsidi pupuk organik dan penguatan kelembagaan pertanian. Dengan pendekatan ini, diharapkan Indonesia dapat mencapai kedaulatan pangan yang mandiri dan berkelanjutan.
Taskap ini tidak hanya menjadi refleksi atas tantangan ketahanan pangan nasional, tetapi juga menawarkan arah kebijakan strategis yang konkret. Dalam konteks ini, penulis berharap bahwa Taskap ini dapat menjadi panduan bagi para pembuat kebijakan dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan pertumbuhan populasi.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan sistem pangan yang inklusif. Dengan sinergi yang baik, ketahanan pangan nasional tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bagian dari kontribusi semua pihak.
Dengan pendekatan berbasis ekonomi hijau, Indonesia dapat menjawab tantangan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Taskap ini menjadi bukti bahwa penelitian akademis memiliki peran penting dalam mendukung kebijakan strategis yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas.
Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan dalam sektor pertanian dan ketahanan pangan. Semoga upaya ini dapat menjadi langkah awal menuju Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan berdaya saing di tingkat global.