Optimalisasi Sumber Daya Kelautan: Strategi Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional
Dalam upaya memperkuat ketahanan ekonomi nasional, optimalisasi sumber daya kelautan menjadi salah satu langkah strategis yang dapat diterapkan. Hal ini menjadi fokus utama dalam Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) yang berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan Guna Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional”, disusun oleh Kombes Pol. Deden Supriyatna Imhar, S.I.K., M.H., sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) tahun 2024. Melalui penelitian ini, dipaparkan berbagai tantangan, potensi, serta langkah-langkah strategis dalam memaksimalkan pemanfaatan sektor maritim guna meningkatkan perekonomian nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah perairan yang luas dengan potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor kelautan, mencakup perikanan, pariwisata bahari, energi laut, dan transportasi maritim, memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, dalam pemanfaatannya, masih terdapat berbagai kendala yang menghambat optimalisasi sektor ini, seperti pencemaran laut, praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan, serta kurangnya infrastruktur dan teknologi yang mendukung.
Taskap ini menyoroti pentingnya penerapan prinsip ekonomi biru sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Ekonomi biru menekankan pada pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan tanpa mengorbankan keseimbangan ekosistem. Dengan menerapkan konsep ini, diharapkan sektor maritim dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian negara, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan data yang dikutip dalam Taskap, potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari Rp 20.000 triliun per tahun. Namun, realisasi dari potensi ini masih jauh dari maksimal. Indeks Pengembangan Ekonomi Biru (BEDI) menempatkan Indonesia pada kategori menengah dengan skor 4,3 dari 10, yang menunjukkan bahwa masih banyak ruang untuk perbaikan dalam pengelolaan sumber daya kelautan secara optimal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemanfaatan potensi maritim adalah masih maraknya praktik illegal fishing yang menyebabkan kerugian ekonomi besar. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa kerugian akibat praktik ini mencapai 23 miliar USD per tahun. Selain itu, pencemaran laut akibat limbah industri dan tumpahan minyak juga menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut dan mengurangi hasil tangkapan nelayan.
Dalam Taskap ini, Deden Supriyatna Imhar mengajukan berbagai strategi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan. Beberapa di antaranya adalah penguatan regulasi yang lebih ketat dalam sektor perikanan dan maritim, pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan kelautan, serta investasi dalam teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan sektor ini. Selain itu, kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, akademisi, industri, komunitas, maupun media, menjadi kunci keberhasilan implementasi strategi ini.
Tantangan lain yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah rendahnya kesejahteraan nelayan akibat ketimpangan distribusi manfaat dari sektor kelautan. Berdasarkan data yang dipaparkan, nilai tukar nelayan mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir, yang mencerminkan meningkatnya beban ekonomi mereka. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang berpihak pada nelayan kecil untuk memastikan mereka mendapatkan manfaat yang lebih besar dari eksploitasi sumber daya laut.
Dari perspektif kebijakan global, Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam mengelola sumber daya maritim dengan bergabung dalam berbagai inisiatif internasional seperti International Maritime Organization (IMO) dan kerja sama dengan negara-negara ASEAN. Namun, untuk mencapai ketahanan ekonomi nasional berbasis kelautan, masih dibutuhkan langkah konkret di tingkat domestik, termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia serta pemanfaatan teknologi modern dalam sektor ini.
Sebagai kesimpulan, Taskap ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor kelautan yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Dengan strategi yang tepat, termasuk penerapan ekonomi biru, peningkatan infrastruktur, dan penegakan regulasi yang ketat, diharapkan sektor kelautan dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat menjadi sangat penting untuk mewujudkan visi ini.
Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pemangku kebijakan serta berbagai pihak terkait dalam mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk sektor kelautan Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya kelautan yang optimal dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi ketahanan ekonomi nasional serta kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.