Data Katalog
Jumlah Pengunjung | : | 504 |
Jenis Bahan Pustaka | : | Monograf |
Jenis Koleksi | : | Koleksi Biasa |
Nomor Panggil | : | 701.18 PUT b |
Pengarang | : | Putu Setia |
Judul | : | Bali Menggugat |
Penerbitan | : | Kepustakaan Populer Gramedia |
Deskripsi Fisik | : | ix + 390 hal.; 21 cm. |
Subjek | : | Kesenian--Bali |
Catatan | : | Apa lagi yang bisa dipertahankan oleh Bali? Kukira tak ada lagi, kata seorang penyair dari Yogya. Pasir putih di pantai dan lambaian nyiur bukan lagi milik nelayan Bali. Itu milik orang Jakarta. Atau mungkin orang asing. Kau dengar, lelaki Bali kini cukup menjadi budak cewek bule. Dan Kuta sekarang sudah menjadi daerah asing; bukan seperti bagian dari Indonesia. Demikian sang penyair melengkapi. Banyak orang, termasuk para peneliti, bersepakat dengan penyair Yogya itu. Tetapi Putu Setia berbeda. Ia tidak memaparkan jawaban yang sederhana. Terlahir sebagai putra Bali, pernah wartawan, dan kini jadi pendeta, Putu Setia tak menampik, Bali tak lagi sebagaimana dulu. Beberapa perubahan layak digugat. Namun, menyimpulkan Bali telah takluk digilas roda perubahan, ah itu terlalu gegabah. Putu melihat celah. Bali Menggugat merupakan catatan-catatan Putu Setia atas perubahan sosial budaya yang terjadi di Bali dari soal ngaben, judi, teater, kesusasteraan, penanggalan, arsitektur hingga urusan desa wisata. Mengulas perkembangan Bali sejak dekade 1970-an, buku ini terbit pertama kali pada 1986 dan diperbarui untuk merangkum yang terkini : awal dekade kedua abad keduapuluh-satu. |
ISBN / ISNM / ISSN | : | 978-979-91-9677-3 |
DDC | : | 701.18 |
JUMLAH EKSEMPLAR | : | 0 |
Cover | : | |
TAG | IND 1 | IND 2 | VALUE |
245 | # | # | $a Bali Menggugat |
100 | # | # | $a Putu Setia |
260 | # | # | $a Jakarta $b Kepustakaan Populer Gramedia $c 2014 |
300 | # | # | $a ix + 390 hal.; 21 cm. |
500 | # | # | $a Apa lagi yang bisa dipertahankan oleh Bali? Kukira tak ada lagi, kata seorang penyair dari Yogya. Pasir putih di pantai dan lambaian nyiur bukan lagi milik nelayan Bali. Itu milik orang Jakarta. Atau mungkin orang asing. Kau dengar, lelaki Bali kini cukup menjadi budak cewek bule. Dan Kuta sekarang sudah menjadi daerah asing; bukan seperti bagian dari Indonesia. Demikian sang penyair melengkapi. Banyak orang, termasuk para peneliti, bersepakat dengan penyair Yogya itu. Tetapi Putu Setia berbeda. Ia tidak memaparkan jawaban yang sederhana. Terlahir sebagai putra Bali, pernah wartawan, dan kini jadi pendeta, Putu Setia tak menampik, Bali tak lagi sebagaimana dulu. Beberapa perubahan layak digugat. Namun, menyimpulkan Bali telah takluk digilas roda perubahan, ah itu terlalu gegabah. Putu melihat celah. Bali Menggugat merupakan catatan-catatan Putu Setia atas perubahan sosial budaya yang terjadi di Bali dari soal ngaben, judi, teater, kesusasteraan, penanggalan, arsitektur hingga urusan desa wisata. Mengulas perkembangan Bali sejak dekade 1970-an, buku ini terbit pertama kali pada 1986 dan diperbarui untuk merangkum yang terkini : awal dekade kedua abad keduapuluh-satu. |
020 | # | # | $a 978-979-91-9677-3 |
084 | # | # | $a 701.18 |
650 | # | # | $a Kesenian--Bali |
090 | # | # | $a 701.18 PUT b |
Format Katalog
Data Koleksi
No. Induk | Akses | Ketersediaan | Lokasi | Nomor Barcode |
---|---|---|---|---|
Tidak ditemukan hasil. |