Page 2 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 2

44

negara yang diperoleh dari perdagangan internasional yang berbasis
pada komoditas SKA, kemudian yang kedua adalah dari optimalisasi
pemanfaatan SKA sebagai bahan baku dan bahan bakar yang
mendukung proses pengembangan industri dalam negeri dan
pembangunan nasional, dan yang ketiga adalah terhadap perannya
dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam percaturan
global.

     Dari penjelasan yang sudah disampaikan di atas, kita dapat melihat
bahwa kita masih cenderung untuk memperlakukan SKA sebagai
komoditas yang diharap akan mendatangkan keuntungan dalam jangka
waktu dekat. Sehingga pemerintah Indonesia cenderung untuk langsung
menjualnya ke pasaran internasional yang saat ini berani membelinya
dengan harga yang relatif tinggi. Selain itu, karena banyak pihak yang
memperebutkan potensi SKA yang tersebar di berbagai wilayah,
pemerintah pusat maupun daerah juga cenderung untuk membuat
berbagai kebijakan serta menerbitkan berbagai konsesi atau izin.
Tindakan tersebut dibuat lebih karena pertimbangan pragmatis yang
berorientasi kepada pemenuhan kepentingan jangka pendek.

     Potret tersebut jelas menimbulkan implikasi terhadap pembangunan
nasional. Hal ini dapat kita lihat dengan mudah dari banyaknya program
pembangunan yang terhambat atau berkurang kualitasnya disebabkan
karena kurang mampu menyediakan bahan bakar dan bahan baku untuk
menjalankan pembangunan. Kita juga masih melihat di banyak daerah
yang masih mengalami krisis energi, padahal daerah tersebut juga
terkenal sebagai lumbung-lumbung energi yang produk SKAnya banyak
dijual ke pasar internasional. Bahkan yang ironis, ibukota negara Jakarta
juga tak luput dari permasalahan terputusnya aliran listrik.

     Kondisi-kondisi tersebut juga membuat pemerintah menghadapi
kesulitan untuk menjalankan pembangunan secara berkelanjutan,
apalagi menjalankan perencanaan jangka panjang seperti yang tersusun
   1   2   3   4   5   6   7