Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16

44

puluh) tahun terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju
pertumbuhannya, namun dari hasil pengamatan, hanya sedikit berkurang28.

         Model pengendalian kuantitas penduduk di Clhna dengan “satu anak
cukup” dan India yang bertekad mendahului China daiam hal jumlah populasi
penduduknya, tidak sama dengan mode! yang diterapkan Indonesia dengan
program KB-nya. Perlu dicermati penduduk China yang besar diatas, belum
termasuk warga keturunan China di negara perantauan yang tersebar di seluruh
dunia yang juga datang, bertempat tinggal, dan menjadi warga negara
Indonesia, dengan salah satu alasannya adalah adanya pengendalian kuantitas
penduduk “satu anak cukup” yang dipaksakan, kebijakan ini dianggap
bertentangan dengan hak asasi manusia, tidak demokratis dan bertentangan
dengan isu gender karena umumnya keluarga menginginkan anak laki-laki
sebagai penerus keluarga. Di Indonesia penduduk keturunan China, begitu juga
keturunan India, Arab dan Eropa umumnya menjadi pedagang atau pengusaha
dari berskala usaha mikro hingga berskala besar dan banyak yang menjadi
konglomerat, sehingga mereka rata-rata lebih sejahtera dari penduduk dari suku
atau etnis iainnya. Oleh karenanya mereka dapat dimasukkan kedalam
golongan 20 persen penduduk yang menguasai 80 persen sumber daya
ekonomi nasional. Sementara 80 persen penduduk Iainnya hanya menikmati 20
persen sumber daya ekonomi nasional. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan
distribusi pendapatan, perebutan lahan kehidupan, dan kerawanan-kerawanan
sosial, seperti terjadinya konflik anti Cina di beberapa kota di Indonesia.

17. Perkembangan Lingkungan Regional

      Secara keseluruhan penduduk di kawasan Asia Tenggara diperkirakan
mencapai lebih dari 556 juta jiwa pada tahun 2012. Dari jumlah populasi
tersebut, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar diantara negara-negara
Asia Tenggara, diikuti oleh Philipina (84.619.976 jiwa), Vietnam (81.624.716
jiwa), Thailand (64.265.276 jiwa), Myanmar (42.510.537 jiwa), Malaysia

 “ Hasnanda Putra. 2050 Dunia Akan Meledak. Majalah Gemari Edisi: 99/Tahun X/April 2009, hal.69
   11   12   13   14   15   16   17