Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
47
Eropa, dan pertumbuhan AS melambat yang berakibat harga komoditas
turun, pasar keuangan bergejolak dan pelarian modal, maka
berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama pada
perdagangan internasional khususnya ekspor ke Uni Eropa dan AS;
pada keadaan ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 masih
bisa mencapai 6,3 persen (kondisi perekonomian Indonesia awal tahun
2012). 2) Krisis finansial dimana pertumbuhan ekonomi negara maju
dan berkembang ikut melambat karena pengetatan penyaluran kredit
dan berdampak pada sektor riil, pasar keuangan bergejolak karena
penanganan utang zona Eropa yang kacau, hal ini berdampak pada
pelemahan nilai tukar rupiah pasar modal, surat utang melemah karena
melemahnya modal asing, bila hal ini terjadi pertumbuhan ekonomi
Indonesia di tahun 2012 masih akan mencapai 5,5 persen. 3) Terjadi
perlambatan ekonomi global yang parah, terjadi kontraksi ekonomi
pada negara maju dan perlambatan ekonomi yang berlanjut di negara
berkembang barkibat kejatuhan harga komoditas dan penurunan
permintaan dunia, bila skenario ini terjadi maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya mencapai 4,1 persen.
Perkembangan ekonomi global terutama masih berlanjutnya
krisis ekonomi Eropa dan melonjaknya harga minyak terutama akibat
embargo terhadap Iran akibat pengembangan nuklirnya, masih akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi nasional.
Kenaikan harga pangan dunia yang mencapai 30% dan kenaikan harga
minyak dunia yang mencapai di atas US$100 di awal tahun 2012
(asumsi APBN US$80 dan APBN-P US$105) akan mendorong
kenaikan harga bahan pokok nasional yang berakibat pada laju inflasi.
Dominasi asing terhadap perekonomian nasional terutama
menyangkut harkat orang banyak (perbankkan, penguasaan minyak
dan gas, telekomunikasi) akan mengancam perekonomian nasional
serta belum siapnya insfratruktur ekonomi dan lemahnya daya saing
industri dalam negeri untuk menghadapi pasar bebas mengakibatkan