Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
17
menyampaikan hal demikian dalam menjaga pintu dan terbuka bagi
dialog yang lebih lanjut.
Dialog. Dialog tidak hanya menjadi prinsip penting Islam, tapi
Quran juga telah menetapkan bahwa hal itu harus dilakukan dengan cara
yang terbaik dan berdasarkan argumen yang baik26. Allah, seperti telah
sering disebutkan dalam Quran tentang dialog antara Rasul dan lawan-
lawannya dan menyarankan Nabi Muhammad (saw) untuk terlibat pula
dalam dialog dengan orang-orang kafir27. Nabi Muhammad (saw) memulai
gerakannya dengan dialog dan argumen28. Ketika di Mekah, lawan-
lawannya adalah kekerasan dan membuat segala bentuk dialog mustahil
dilakukan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad (saw) harus meninggalkan
Mekkah menuju kota Madinah dengan alasan yang baik untuk berdialog29.
Kota baru, Madinah, dihuni oleh berbagai suku termasuk Yahudi dan
Kristen. Di sini, dialog sekali lagi yang menjadi dasar pergerakan Nabi
Muhammad (saw) dan menyebabkan perumusan perjanjian serta konstitusi
Madinah, yang mengakui hak hidup berdampingan secara damai bagi
pengikut semua agama.
Setelah Nabi Muhammad (saw) tiba di Madinah, beberapa suku
dan kelompok melanggar perjanjian mereka dengan Muslim dan memulai
tindakan permusuhan. Salah satunya adalah suku Bani Qainuqa. Nabi
Muhammad (saw) yang pertama kali mencoba untuk berdebat dengan
mereka dan meyakinkan mereka untuk tidak melakukan permusuhan.
Selain itu, sebelum Perang Badar, Nabi Muhammad (saw) meminta Umar
ibn Khattab untuk bernegosiasi dengan tentara yang berlawanan untuk
menghindari pertempuran, tapi mereka menolak.
Studi Quran dan Sunnah Nabi Muhammad (saw) menunjukkan
bahwa dialog adalah cara yang sah untuk hidup berdampingan secara
damai dalam masyarakat manusia dan dalam mencari solusi untuk
26 Al Quran, Ankabut.29: 46, Nahl ,16 :12 5, Taha,20: 44.
27 Al Quran, Nahl 16.
28 Munir Muhammad Ghazban, Political Conduct of Prophet Mohammad (S), diteijumah
oleh Omar Qaderi, Tehran,Ehsan Press, 2000, Vol. 1, Him. 207-209 dan 135-138.
29 Rafiuddin Eshaq ibn Mohammad Hamedani, Conduct of Prophet Mohammad (S),
dikoreksi oleh Asghar Mahdavi, Iran Culture Foundation, 1980, Vol. 1, Him. 268-269, dan
459-476.