Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17

1

                                        BABI
                                PENDAHULUAN

 1. Umum.

         Kehidupan seniman tradisional adalah cerminan dari pengabdian
tiada putus bagi kelestarian dan keberlangsungan seni tradisional. Daya
hidup kesenian tradisional berada mutlak di tangannya, di samping pula
masyarakat ikut mendukung tumbuh kembangnya daya hidup seniman.
Sebagian seniman dapat hidup layak dan berkelebihan tetapi banyak pula
yang di usia senjanya hidup mereka memprihatinkan. Pada umumnya, di
usia lanjut seorang seniman tradisional tidak lagi memiliki ketenaran
layaknya seniman usia muda. Popularitas semakin terkikis sejajar dengan
terkikisnya pendapatan di bidang materi. Kekuatan fisik dan spiritual
seorang seniman menurun yang mengakibatkan hilangnya karisma
kesenimanannya.1 Dibandingkan seniman modem di masa kini yang
berlimpah materi dan dikenal luas oleh publik lewat stasiun televisi, tentu
kehidupan seniman tradisional tidak sebanding dengan dedikasinya di
masa lalu. Pemerintah seharusnya menyikapi dengan arif sisa-sisa
kehidupan seniman tradisional melalui kebijakan strategis agar hasil karya
mereka tidak hilang ditelan jaman, dan atau berpindah ke tangan yang
tidak seharusnya memiliki.

         Kesenian tradisional lebih banyak muncul dari masyarakat
pedesaan, bukan dari masyarakat perkotaan, atau dari lingkungan
akademisi, dan bukan pula dari keinginan pemerintah. Kehidupan dan
proses penciptaan seni tradisional termasuk regenerasi senimannya,
berada di komunitas-komunitas di pedesaan yang dianggap sebagai
pemilik sah seni tradisional. Dengan demikian, mengamati kehidupan
seniman beserta karya seni ciptaannya tidak terlepas dari pengamatan
tentang cita rasa, apresiasi, kepedulian, dan penghargaan masyarakatnya.

        1Endo Suanda, Tidak Semua Kesenian Bisa Diperjualbelikan,
http://warisanindonesia.com/wimedia/2012/05/endo-suanda.iDa. diunggah tgl 8 Mei 2012.
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21