Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
57
eksistensi dan peran negara cukup kuat dalam mewujudkan
harmonisasi sosial budaya.
Namun dewasa ini peran negara semakin berkurang dan
bahkan terkesan terjadi 'pembiaran' dalam menangani konflik
berlatar belakang sosial budaya. Hal ini ditambah lagi dengan
penetrasi budaya internasional yang secara prinsip tidak selaras
dengan budaya nasional, sehingga dalam masyarakat timbul sikap
anomi masyarakat yang dapat berkembang kepada sikap apatis dan
menimbulkan konflik,
h. Hankam.
Era reformasi yang diawali dengan jatuhnya pemerintahan
Orde Baru secara revolusioner dan tumbuhnya tuntutan masyarakat
sebagai anti klimaks yang salah satu adalah pemisahan TNI-Polri
sebagai lembaga dan kelembagaan yang dahulunya ABRI
membutuhkan format dalam baru dalam menciptakan pertahanan
dan keamanan. Dimensi pertahanan dan dimensi keamanan menjadi
terpisah, sehingga dibutuhkan format baru dalam penciptaan
pertahanan dan terutama keamanan yang bersingungan langsung
dengan kondisi saat ini dalam menciptakan ketahanan nasional.
Euforia demokrasi yang mengedepankan hak daripada kewajiban
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara fenomena unjuk rasa
yang rutin dan terus menerus menimbulkan dampak kontra produktif
yang mempunyai implikasi terhadap keamanan dan ketertiban lain,
disisi lain Polri sebagai aparat keamanan gamang menghadapi
perkembangan situasi dan tekanan lembaga dan instrumen HAM.
Kebebasan pers tanpa ada mekanisme pengawasan yang kuat
secara internal maupun eksternal serta hukum dan penguasaan
lembaga pers atau media oleh segelintir orang menimbulkan
kebingungan publik oleh opini yang beragam atau yang terkontrol
oleh pihak tertentu yang akhirnya justru memicu konflik pada
berbagai bidang kehidupan.