Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14

28

antar negara, serta meningkatnya kerja sama antar negara di bidang
kemaritiman. Sejalan dengan hal riu, pola hubungan antar bangsa,
cenderung bergeser ke arah semakin menonjolnya kepentingan
ekonomi dibandingkan kepentingan lainnya. Sehingga dampaknya,
timbul tuntutan terwujudnya stabilitas kawasan guna menunjang
kepentingan ekonomi tersebut. Jaminan keamanan SLOC (Sea
Lines Of Communication) ini, sangat vital bagi para pengguna laut di
dua kawasan yang menjadi fokus perhatian dunia. Dalam konteks
ini, Indonesia dituntut untuk dapat memberikan jaminan keamanan di
Selat Malaka, Selat Singapura, serta jaminan keamanan di ALKI I, II
dan III.

         Di kawasan Asia Pasifik, perairan Asia Tenggara memiliki
peranan sangat penting, karena merupakan penghubung antara dua
Samudera Besar, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia. Jalur yang
terpadat adalah Selat Malaka, dimana dilewati oleh 72 % tanker
yang melintas dari Samudera Hindia ke Pasifik, dan hanya 28 %
yang lewat Selat Lombok, Selat Makasar, dan Laut Sulawesi. Bila
terjadi interdiksi di Selat Malaka, dampaknya tidak hanya dirasakan
oleh negara-negara di Asia Tenggara, melainkan akan memberi
dampak yang luar biasa terhadap negara-negara lainnya. Jepang
akan kehilangan 16 % pasokan minyak bumi dan 80 % pasokan gas
alam, hal mana akan mengancam ekonomi Jepang. Pada
gilirannya juga memberi dampak yang besar terhadap partner
dagang Jepang, salah satunya adalah Amerika yang selanjutnya
secara berantai akan menggoncang perekonomian dunia.

         Bila diamati kecenderungan negara-negara besar saat ini,
maka nyata sekali pengembangan kekuatan maritimnya dengan
tekanan yang diletakkan pada Industri Maritim dan Armada
Niaganya. Hal ini mengindikasikan, bahwa kepentingan ekonomi
sangat dominan, dan hal itu sangat tergantung dari perdagangan
lewat laut. Fenomena tersebut dapat menjadi titik tolak pemikiran
perlunya mengubah paradigma pembangunan nasional, dalam arti
   9   10   11   12   13   14   15   16   17