Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
delegitimasi yang luar biasa74. Tidaklah mengherankan daiam
kehidupan bermasyarakat telah terjadi fenomena terkikisnya nilai-
nilai ketuhanan, lunturnya perikemanusiaan yang adil dan beradap,
lemahnya rasa persatuan, lunturnya nilai-nilai musyawarah untuk
mufakat dan termarginalisasinya nilai-nilai keadilan. Kehadiran
Pancasila cenderung menjadi lambang dan hanya menjadl
formalitas, karena kehadirannya bukan dari kesadaran atau berasal
dari hati nurani bangsa Indonesia. Bukti dari semua itu adalah tidak
aplikatifnya sila-sila yang terkandung daiam Pancasila daiam
kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan realita yang ada
daiam masyarakat, aplikasi sila-sila Pancasila jauh dari harapan,
sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang semakin
komplek, se p e rti; benturan antar suku, antar umat beragama, antar
kelompok dan antar daerah terjadi dimana-mana, pengerahan masa
menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
berpotensi penggunaan tindakan kekerasan, meningkatnya
kriminalitas ( pemakaian narkoba, perkosaan / pencabulan,
perdagangan wanita, pembunuhan, pencurian dengan kekerasan,
korupsi ) , perusakan lingkungan hidup, kemiskinan, pertengkaran
elite politik di depan publik, kurang konsisten daiam penegakkan
hukum, politik uang daiam pemilu legislatif, presiden/wakil presiden.
Melihat berbagai fenomena kehidupan daiam masyarakat
baik yang dialami langsung maupun tidak langsung melalui media
cetak dan elektronik, di era reformasi yang diharapkan mampu
mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Namun , kondisi saat ini
justru bertambah keruwetan daiam kehidupan bermasyarakat atau
sedang mengalami rasa tidak aman, tidak tertib dan ketidak
harmonisan, maka pantaslah jika dikemudian hari masyarakat
kehilangan jati dirinya dan secara periahan bila dibiarkan, akan
kehilangan keagungan peradapanya.
74Agung Gunandjar Sudarsa, 2013, Pancasila Sebagai Rumah Bersama, Jakarta:
RMBOOKS Wahana Semesta Intermedia, hal. 9
30