Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
30
Meningkatnya jumlah angka obesitas anak seperti diuraikan di atas, diduga
secara tidak langsung akibat iklan pangan yang disiarkan di televisi memberi
kontribusi yang signifikan. Belanja iklan di media massa pada tahun 2012
diperkirakan mencapai Rp92 triliun, atau meningkat 14,71 persen dibandingkan
dengan tahun sebelumnya Rp80,2 triliun —sementara kue iklan terbesar masih
diraih televisi, yakni sekitar 60 persen, diikuti surat kabar, online, dan radio 40
persen— sehingga sangat cukup bagi media untuk mensejahterakan diri tanpa
menganggu idependen pemberitaan, justru 22peringkat "World Press Freedom
Index 2012” yang dikeluarkan oleh Reporters Without Borders mencatat Indeks
Kemerdekaan Pers Indonesia turun dari 146 pada tahun 2011 menjadi 117 pada
tahun 2012. Posisi Indonesia berada di bawah Filipina (140), Gambia (141), Rusia
(142), Kolombia (143), Swaziland (144), dan Republik Demokratik Kongo (145).
Posisi Indonesia sama dengan negara Malawi (146). Menurut Pengamat dari FISIP
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bambang Budiono, salah satu penyebab
turunnya indeks kemerdekaan pers Indonsia itu adalah karena pemilik modal terlalu
jauh melakukan intervensi pada konten, terutama pada media televisi.
c. K ontrol Iklan Televisi
Salah satu kampanye yang sedang digagas Organisasi Konsumen Sedunia
dan para anggotanya adalah mendorong WHO untuk menetapkan Kode
Intemasional Pemasaran Pangan Untuk Anak, diantaranya merekomendasikan
antara lain larangan iklan yang memromosikan pangan tidak sehat di media televisi
antara pukul 06.00 sampai 21.00 WIB.
22 Anonim . (2012). KPI Hants Balasi Intervensi Pemilik Media. Jakarta: www.investor.co.id,
dikutip Selasa 9 Oktober 2012 pukul 21.50 WIB.

