Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

39

 tersebut teijadi di negara yang sedang berkembang (developing nation) diluar negara
 maju (non-Organization fo r Economic Co-operation and Development/non OECD).
 Fenomena sebaliknya teijadi di negara maju (OECD) karena konsumsi energi yang
 sudah mature dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat serta
 penambahan penduduk yang kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.

          Mengingat migas merupakan komoditas yang sangat strategis maka
 masyarakat global berlomba-lomba untuk bisa mengeksplorasi dan mengeskploitas
 emas hitam (black gold) ini ke berbagai wilayah melampaui batas-batas negara, baik
 di wilayah daratan (onshore) maupun di wilayah lautan (offshore). Sejarah mencatat
bahwa kompetisi global yang sangat ketat untuk menguasai cadangan migas dunia
berakibat pada berbagai krisis politik yang berujung pada konflik militer seperti
konflik di Timur Tengah (Iran, Irak, Arab Spring: Mesir, Suriah) kemudian konflik di
Rusia (Ukraina, Crimea) serta potensi konflik yang cukup serius akibat klaim China
atas Laut China Selatan.

          Keluarnya Indonesia dari OPEC karena sudah menjadi net importer minyak
sejak tahun 2004, telah mengakibatkan melemahnya peran Indonesia dalam
menentukan arah perkembangan migas global di masa yang akan datang. OPEC yang
mewakili negara-negara (berkembang) produsen migas mempunyai peran yang
sangat penting untuk mengimbangi pengaruh negara konsumen migas dari negara
maju yang tergabung dalam OECD dengan lembaga think-tank-nya yang sangat
berpengaruh yakni IEA (International Energy Agency) yang berpusat di Paris.27
Namun demikian dengan menjadi anggota G-20 dimana hanya Indonesia bersama-
sama dengan Arab Saudi yang merupakan negara pemilik sumber daya energi
(termasuk migas) yang cukup signifikan, peluang Indonesia untuk memberikan arah
pengelolaan energi global di masa mendatang terbuka lagi.

         Selanjutnya, peran lembaga keuangan internasional seperti International
Monetary Fund (IMF), World Bank serta lembaga keijasama internasional seperti
World Trade Organization (WTO) yang mengusung isu liberalisasi perdagangan
dan investasi dunia, demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan hak paten
yang dikenal dengan istilah The Pentagon Trap, telah terbukti mempengaruhi

27 Selama Indonesia menjadi anggota OPEC, peranannya cukup penting. Ini terbukti dari posisi Sekjen
OPEC dua kali dipegang oleh Indonesia yakni ketika Dr Subroto dan Dr Pumomo Yusgiantoro
   10   11   12   13   14   15   16   17   18