Page 2 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 2

secara terpisah menjadi sebuah sistem tumpang tindih yang lebih fleksibel, dengan
masing-masing mengambil peran yang lain.

     Implikasi kebijakan terkait inovasi pada tingkat multi-nasional, nasional dan
regional juga harus diperhitungkan. Pada tingkat regional, kolaborasi bidang
kelembagaan melibatkan ruang pengetahuan, konsensus dan inovasi. Setiap orang
dapat menjadi dasar untuk pengembangan yang lain tapi triple helix sepenuhnya
dikembangkan oleh tiga elemen utama yang membentuknya. Ruang ini dibuat
sebagai konsekuensi dari perubahan dalam nilai antara promotor pembangunan
ekonomi regional dari fokus tunggal pada "iklim usaha" dan subsidi kepada
perusahaan-perusahaan untuk menciptakan kondisi untuk berbasis pengetahuan
pembangunan ekonomi. Salah satu indikator dari pergeseran ini adalah peningkatan
keterlibatan Perguruan Tinggi dan pengetahuan lainnya memproduksi dan
menyebarkan lembaga, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan, dalam pembangunan
daerah. Langkah pertama dalam proses tiga-tahap berbasis pengetahuan
pembangunan ekonomi adalah penciptaan "ruang pengetahuan" atau konsentrasi
yang terkait penelitian dan pengembangan kegiatan di daerah setempat.

    Tahap kedua adalah penciptaan "ruang konsensus" sebagai tempat yang
menyatukan individu atau institusi dari berbagai latar belakang organisasi dan
perspektif untuk tujuan menghasilkan ide dan strategi baru. Konsep berbasis
pengetahuan untuk pembangunan ekonomi daerah berasal dari kegiatan Dewan
New England, yang mewakili pemimpin dari bidang akademis, bisnis dan politik.
Selanjutnya, berdasarkan pembentukan perusahaan dari penelitian di M U pada
tahun 1920, Presiden MIT, Karl Compton, mengusulkan untuk memanfaatkan
keunggulan komparatif daerah, basis yang luas akademik, untuk secara sistematis
menciptakan perusahaan baru dari penelitian ilmiah (Etzkowitz, 2008).

     Hanya dengan mengawasi peran Perguruan Tinggi pada sistem inovasi daerah,
kita dapat memahami isu-isu seperti bagaimana partisipasi Perguruan Tinggi
tersebut dalam pembelajaran interorganisasional dapat berkembang, bagaimana
pola insentif dapat dibuat untuk menjadikan Perguruan Tinggi mampu berkontribusi
pada sistem inovasi regional dan akhirnya bagaimana hasil kolektif dari
pertumbuhan dan pembangunan daerah. Poin terakhir ini sangat relevan bagi para

                                                                                                    18
   1   2   3   4   5   6   7