Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
2
Nasional yang tangguh. Namun sangat disayangkan makna dari am anat
Bung Karno tersebut hingga saat ini belum sepenuhnya dijadikan pijakan
dasar dalam perumusan kebijakan Pengelolaan W ilayah dan Kekuatan
Pendukungya.
S ebagaim ana kita ketahui bahwa masalah nasionalism e bangsa
Indonesia sangatlah kompleks, kepercayaan diri dan kebanggaan akan
simbol budaya bangsa sendiri sem akin menurun akhir-akhir ini. Dalam
istilah Kum oro (2006:5) kondisi ini disebutkan bahwa nasionalisme bangsa
kini terasa kian m eredup sinarnya. Terutam a sem angat nasionalism e pada
m asyarakat yang tinggal di daerah perbatasan dengan negara lain pada
dekade terakhir ini sudah mulai m enunjukan gejala semakin memudar. Hal
ini terlih at dari adanya fenom ena yang terjadi di lingkungan m asyarakat
perbatasan, dengan kehadiran produk-produk negara lain baik secara fisik
maupun non-fisik, serta lemahnya wawasan kebangsaan m asyarakat
perbatasan. K ondisi ini tidak hanya terjadi pada m asyarakat dew asa,
namun juga terjadi pada anak-anak usia sekolah, yang bahkan tida k tahu
m engenai identitas nasionalnya.
Penyelenggaraan Pengelolaan Wilayah dan Kekuatan
Pendukungnya sangat ditentukan oleh adanya peran kepemimpinan
dalam merumuskan kebijakan yang berorientasi untuk meningkatkan
kesejahteraan dan keamanan masyarakat, namun dalam pelaksanaannya
hal ini belum dapat dilaksanakan secara optimal. Masih terdapat
pemimpin-pemimpin pada lingkup eksekutif, legislatif maupun yudikatif
yang kurang memiliki wawasan kebangsaan, sehingga kinerjanya dalam
Pengelolaan Wilayah dan Kekuatan Pendukungnya lebih bersifat sektoral
dan kurang mengakomodasi kepentingan nasional.
Salah satu hambatan dalam Pengelolaan Wilayah dan Kekuatan
Pendukungnya adalah terbatasnya infrastruktur, sehingga proses dan
akses untuk mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
menjadi lamban. Pengembangan infrastruktur masih berjalan sendiri-
sendiri, belum ada koordinasi dengan pemerintah, khususnya tentang