Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
62
(737 juta SBM) sampai dengan 2010 (1012 juta SBM). Sejalan dengan
konsumsi energi yang meningkat, maka penyediaan energi primer maupun
final mengikuti kenaikan tersebut. Untuk memenuhi permintaan energi yang
meningkat, maka pembangunan infrastruktur energi perlu ditingkatkan
diantaranya pembangkit listrik, kilang minyak, pelabuhan. Infrastruktur
pendukung energi juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.
Infrastruktur energi yang memadai dan handal merupakan sarana
prasarana yang sangat diperlukan dalam optimalisasi penggunaan energi.
Dalam mendukung MP3EI diperlukan infrastruktur energi yang handal
untuk menggerakkan koridor-koridor pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia. Pengembangan Industri sesuai dengan potensi unggulan dalam
tiap koridor membutuhkan energi yang cukup besar. Untuk mengejar
pertumbuhan sesua dengan MP3EI diperlukan energi 1,5 kali lebih besar
daripada kebutuhan perencanaan dasar (business as usual). Infrastruktur
energi juga dipelukan dalam pengolahan bahan mentah menjadi bahan
jadi.
Ketergantungan kepada BBM dapat diminimalkan dengan melakukan
diversifikasi ke sumber daya energi yang lain misalnya bahan bakar gas
(BBG) untuk sektor trasnportasi. Untuk itu diperlukan sarana prasarana
seperti inverter kit, SPBG dan distribusi gas yang handal, sehingga
masyarakat secara sukarela akan berpindah dari BBM ke BBG. Disisi lain
penggunaan BBM sebagai bahan bakar di PLTD bisa dikurangi dengan
mengembangkan energi yang berada pada lokasi setempat.
Sarana dan prasarana terutama infrastruktur energi sangat diperlukan
untuk optimalisasi penggunaan energi. Sebagai pendorong utama stabilitas
ekonomi nasional, infrastruktur energi sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Saat ini kebutuhan energi listrik masih banyak diperlukan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengolahan bahan baku sumber
kekayaan alam (SKA) menjadi bahan jadi membutuhkan energi yang
sangat besar. Padahal sebagian besar SKA biasanya terdapat di daerah
yang mempunyai rasio elektrifikasi yang rendah, sehingga bahan baku SKA
tidak bisa diolah menjadi bahan jadi.