Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14
- 28-
lahan kering, dan revitalisasi pabrik gula yang belum terwujud.
Sampai dengan akhir tahun 2011, capaian luas areal tebu
mencapai 447,32 hektar dengan produksi 2,23 juta ton atau
82,59% dari target. Hal ini diakibatkan terutama oleh dampak
perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi.
Permasalahan lainnya adalah sulitnya pengembangan areal
baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan
infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar
Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput
yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di
tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang di bawah
standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula
yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi
produk berbasis tebu. Inovasi teknologi yang telah dihasilkan
untuk mendukung pengembangan tebu dan swasembada gula
adalah varietas unggul, bongkar ratoon, pengendalian hama
penyakit dan kultur jaringan. Varietas unggul yang diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas rendemen adalah PS 865,
Kidang Kencana PS 864, PS 891, PS BM 901, PS 921 dan PS
951 dengan produktivitas tebu 110 -146 t/ha di lahan sawah
dengan rendemen 8,5 -11%.
Pokok persoalan yang dihadapi untuk mencapai
swasembada gula adalah Rendahnya produktifitas lahan dan
rendemen gula disebagian PG, Mutu gula putih produksi dalam
negeri masih belum memadai, Produksi tebu dan gula masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, Mesin produksi
perusahaan gula putih sudah tua dan program revitalisasi
perusahaan gula belum berjalan sesuai harapan, dan Produksi
gula internasional terbatas sehingga harga gula cenderung naik
(Ditjen Industri Agro dan Kimia, 2009).