Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7

46

untuk diperebutkan, terdapat kandungan gas alam dan minyak bumi
yang demikian melimpah di kepulauan Spratly dan Paracel
diperkirakan sampai 105 milyar barrel dan di seluruh L C S
diperkirakan 213 milyar barel, meskipun bukti keberadaan cadangan
tersebut belum begitu kuat, perkiraan China yang optimis ini
menimbulkan ketertarikan besar terhadap wilayah ini.

           Indonesia bukan menjadi salah satu negara yang ikut
mengklaim wilayah L C S , tetapi mem punyai kepentimgam terhadap
keamanan di Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (Z E E I) Natuna yang
kena klaim peta China sembilan garis putus-putus yang m asuk di
wilayah Z E E I Natuna. Disamping itu konflik L C S yang kemudian
menyebabkan Indonesia juga mmiliki kepentingan dalam m em bantu
menyelesaikan konflik L C S . Sam pai saat ini upaya Indonesia dalam
membantu menyelesiakan konflik terus dilaksanakan. Untuk dapat
menciptakan kondisi keamanan nasional Indonesia yang stabil,
harus didukung oleh kondisi keamanan kawasan L C S . Hal inilah
yang menjadi tantangan bagi Indonesia bagaimana mengelola
sengketa L C S agar dapat diselesaikan secara damai dan
menghindarkan eskalasi sengketa menjadi konflik. Untuk
menghadapi hal tersebut, Indonesia harus senantiasa bekerjasama
dengan negara-negara lain yang juga berkepentingan terhadap
stabilitas keamanan di L C S .

b. Isu Keamanan Maritim Kawasan.

          Sesuai dengan Konvensi P B B tentang Hukum Laut
(U N C L O S ) 1982, Indonesia memiliki tiga A L K I (Alur Laut Kepulauan
Indonesia) dan empat choke points yang strategis bagi kepentingan
global, yakni di Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat
Makasar. Di kawasan Asia Tenggara, wilayah Selat Malaka menjadi
fokus perhatian masyarakat internasional karena kepentingan
keamanan lalu-lintas transportasi perdagangan dunia dalam
menunjang ekonomi negaranya. Posisi strategis Selat Malaka telah
m endorong keinginan negara-negara besar untuk ikut berperan
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12