Page 18 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 18

2

  menjadi persoalan harkat dan martabat suatu bangsa karena bangsa yang miskin
  tidak dapat memainkan peranan di percaturan dunia khususnya di era globalisasi.

         Para ekonom banyak membicarakan kemiskinan dengan membagi menjadi
  kemiskinan dalam bentuk kemiskinan alamiah dan kemiskinan struktural. Sebagian
  ekonom lainnya membagi kemiskinan menjadi kemiskinan absolute dan
  kemiskinan relative.

        Kemiskinan alamiah teijadi karena penduduk dan masyarakat hidup dan
 tinggal di wilayah yang miskin sumber daya alam yang ditunjukkan oleh lahannya
 tidak subur untuk ditanami tanaman penghasil makanan pokok {staple food).
 Kemiskinan sumber daya alam bisa diatasi dengan melakukan pembangunan
 melalui pendidikan formal, non-formal dan informal yang kita sebut sebagai
 pembangunan human capital. Contoh ekstrim adalah Singapore yang miskin
 sumber daya alam namun menjadi kaya negaranya karena bertumpu pada kekuatan
 manusia dan begitupula Saudi Arabia yang lahannya tidak subur namun memiliki
 tambang minyak yang di explore dengan teknologi tinggi.

        Kemiskinan struktural teijadi karena adanya dampak kebijakan negara atau
pemerintah yang menimbulkan ketidakberdayaan sekelompok masyarakat untuk
meng-akses ekonomi. Negara atau pemerintah lebih memberikan akses kepada para
pemodal atau pengusaha besar, atau kebijakan yang bias kepada ekonomi kuat
dibandingkan kepada ekonomi lemah karena alasan efFisiensi dan produktivitas
dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi.

       Di masa orde baru, ada Trilogi Pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pembangunan dan stabilitas politik dan keamanan. Walaupun dalam
teorinya ketiga trilogi ini bisa berubah prioritasnya sesuai REPELITA namun
prakteknya lebih kepada pertumbuhan ekonomi karena penduduk selalu tumbuh.
Para ekonom mempunyai alasan kuat agar pertumbuhan ekonomi selalu tumbuh
dengan harapan “trickle-down effect’ atau penetesan dari yang kaya ke miskin akan
teijadi sehingga pemerataan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dapat
teijadi. Namun, kesenjangan ekonomi di masa Orde Baru mencapai puncak pada
tahun 1998, yang berakibat runtuhnya rezim Orde Baru dengan ditandai olehnya
mundurnya Bapak Pembangunan, H.M Soeharto sebagai President Indonesia.

       Pada masa awal krisis ekonomi-dan politik di tahun 1998, para pengusaha
besar banyak gulung tikar dan banyak pula pengusaha besar yang melarikan
   13   14   15   16   17   18   19   20