Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
32
yang bisa terjadi hanya karena persoalan kecil. Kasus yang terjadi di
Ambon, Poso atau di Sampit misalnya, mengisyaratkan kepada kita
bahwa masyarakat kita sangat mudah diprovokasi oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab demi kepentingan dan tujuannya yang bertolak
belakang dengan norma agama dan budaya bangsa. Globalisasi telah
menciptakan karakter manusia Indonesia jadi mudah tersinggung, mudah
terprovokasi dan mudah terbawa pada alam kekerasan dengan
mengabaikan rasa kemanusiaan.
1) Kasus yang terjadi di Ambon, Poso atau di Sampit
mengingatkan kita bahwa sedemikan mudahnya masyarakat
Indonesia lupa akan arti kemanusiaan. Nyawa manusia sepertinya
tidak ada harganya, mereka saling melukai, saling menyerang dan
saling membunuh hanya karena beda keyakinan. Korban jiwa dan
harta benda sudah tak terhitung berapa jumlahnya, yang tertinggal
hanya bangkai-bangkai manusia yang tidak utuh lagi dengan
kepulan asap akibat dibakarnya sejumlah rumah atau kendaraan
bermotor yang tidak sempat menghindar dari arena konflik.
2) Konflik antara paham Sunni dan Syiah. Syiah masuk ke
Indonesia seiring dengan masuknya agama Islam. Hal ini terbukti
dari para penyebar agama Islam di Nusantara seperti para wali
yang berasal dari kalangan keturunan Arab penganut Syiah.
Karena itu, sejatinya tidak ada yang baru dan aneh ketika kini
Syiah berkembang di masyarakat, kata Ketua Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta Dr
Zulkifli. Selain Zulkifli, juga disampaikan Dosen Sekolah
Pascasarjana UIN Jakarta Dr Fuad Jabali. Konflik antar
masyarakat yang pernah terjadi di Indonesia yang berbungkus isu
Sunni dan Syi’ah tidaklah murni persoalan perbedaan keyakinan.
Perbedaan keyakinan memang menjadi salah satu pemicu
terjadinya konflik, namun bukan pemicu utama. Sementara itu,
khusus di Indonesia, keberadaan kaum Syiah bukan barang baru.

