Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
58
dari Rp 8,229,4 triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp9.084,0
triliun pada tahun 2013.51
Namun demikian, membaiknya kondisi ekonomi makro tersebut
masih belum mampu mengatasi krisis ekonomi secara tuntas. Para
investor masih enggan menanamkan kembali investasinya di
Indonesia karena situasi keamanan yang belum kondusif bagi
kelancaran bidang usaha serta praktek korupsi yang semakin
merajalela. Stigma sebagai negara terkorup di dunia juga ikut
berpengaruh terhadap lambatnya pertumbuhan investasi. Kondisi
tersebut tentu berpengaruh pada kemampuan negara untuk
membiayai sektor pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu
dapat dipahami apabila pemerintah menempatkan pembangunan dan
pengembangan kekuatan pertahanan pada “urutan bawah” dari daftar
prioritas progam pembangunan nasional. Dalam kondisi seperti itu,
peningkatan kerjasama pertahanan keamanan RI-ASEAN akan
menjadi pilihan cerdas untuk mewujudkan stabilitas keamanan dan
ketahanan nasional.
g. Sosial Budaya. Kesadaran masyarakat terhadap
kemajemukan bangsa pada era reformasi cenderung menurun. Gejala
meningkatnya semangat kedaerahan dan egoisme kelompok semakin
kentara di kalangan masyarakat. Dalam tingkat tertentu, gejala ini
dapat melemahkan integrasi sosial. Merebaknya konflik horizontal
antar kelompok masyarakat merupakan indikasi melemahnya
integrasi sosial dikalangan masyarakat. Pada gilirannya telah
mengakibatkan timbulnya berbagai kerawanan sosial dalam
kehidupan masyarakat yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
nasional.Dalam konteks kerjasama keamanan ASEAN, kondisi
tersebut menjadi faktor kontra-produktif bagi upaya yang telah
dilakukan untuk mewujudkan Badan Koordinasi Keamanan ASEAN.
Karena pada dasarnya stabilitas keamanan regional merupakan
51BPS, Pertum buhan Ekonom i Indonesia, Pertum buhan P db Tahun 2 0 1 3 M encap ai 5 ,7 8
Persen, , No. 16/02/Th. X V II, 5 Februari 2014.