Page 18 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 18
2
Dalam percaturan politik internasional sejak kemerdekaan Indonesia
tahun 1945, terjadi perebutan pengaruh secara ideologis antara negara-
negara besar yang memenangkan Perang Dunia II. Dinamika perebutan
pengaruh itu dapat dilihat dari tindakan nyata Amerika serikat (AS) dan Uni
Soviet (US) yang berupaya memperbesar pengaruh mereka ke berbagai
belahan dunia2. Untuk tujuan tersebut, AS menerapkan containment policy
(politik pembendungan) dalam rangka menjaga pengaruh politiknya di dunia
internasional. Demikian juga dengan US, yang berupaya memperbesar
pengaruhnya dengan berbagai cara, yang juga merupakan kontra politik
terhadap kebijakan AS. Sebagai sebuah negara yang baru merdeka,
Indonesia telah menjadi bagian sasaran dari perebutan pengaruh dua negara
adi daya tersebut. Atmosfera parang dingin, mau tidak mau telah mendorong
Indonesia untuk mengambil peranan penting dalam rangka mencapai tujuan
dan cita-cita nasionalnya. Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di
Bandung merupakan salah satu wujud dari peran politik internasional
Indonesia. Aktivitas Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GNB) menunjukkan
bahwa Indonesia berupaya untuk berperan dalam dunia internasional.
Pada era Perang Dingin, kawasan Asia Tenggara tidak terlepas dari
upaya perebutan pengaruh Blok Barat dan Timur. Vietnam dan Kamboja telah
menjadi ladang subur pengaruh US. Malaysia, Singapura, Thailand dan
Philipina dikenal dekat dengan blok Barat pimpinan AS. Sedangkan Indonesia
cenderung berkiblat ke Timur, meskipun Indonesia berusaha untuk
menampilkan jati dirinya sendiri. Dalam situasi yang dilematis itulah, polugri
Bebas Aktif dicanangkan, yang didengungkan oleh Bung Hatta dalam
bukunya yang berjudul Mendayung Antara Dua Karang. Perang dingin telah
membawa pengaruh dalam dinamika politik dalam negeri Indonesia. Di dalam
negeri, terjadi pertentangan politik yang pada akhirnya mengakibatkan
kejatuhan Sukamo dari kursi presiden.
2Dalam politik internasional dikenal dengan sistem internasional sejak tahun 1945
dikenal dengan sistem dua kutub (bipolarity). Lihat KJ. Holsti, International Politic : A
Framework For Analysis, Prentice Hall of India, 1978, him. 65-99. Perubahan dari bipolarity ke
multipolarity dapat dilihat dalam Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa (Penerjemah: S.
Maimoen dkk.), Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010, him. 389-424.

