Page 19 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 19

3

         Tampilnya Suharto sebagai pemimpin baru telah mengubah orientasi
politik luar negeri Indonesia. Meskipun tetap menganut azas bebas aktif,
namun politik luar negeri Indonesia di bawah Suharto lebih cenderung
berorientasi ke Barat. Pembentukan ASEAN (Association o f South East Asia
Nations) sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara,
memperlihatkan kecenderungan orientasi polugri Indonesia. Negara-negara
yang menandatangani Deklarasi Bangkok pada Agustus 1967 sebagai awal
dibentuknya ASEAN adalah negara-negara yang cenderung berkiblat ke
Barat. Indonesia merupakan salah satu aktor utama pendirian ASEAN. Sejak
saat itu, Indonesia berupaya menjadi yang terdepan dalam kerjasama negara-
negara ASEAN.

         Berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya tembok
Berlin dan bubarnya negara US, isu hubungan internasional juga bergeser,
dari isu politik dan keamanan (high politic) ke isu lingkungan hidup, HAM dan
demokratisasi (low politic). ASEAN juga melakukan penyesuaian-penyesuain
dalam kerjasamanya, termasuk membuka peluang anggota baru. Negara-
negara yang berhaluan ke Timur pada saat perang dingin juga dapat
bergabung dengan ASEAN. Bidang kerjasama ASEAN yang semula hanya
difokuskan pada kerjasama ekonomi, pendidikan dan sosial budaya juga
bergeser ke bidang-bidang lain, seperti kerjasama militer, baik bilateral
maupun multilateral sesama negara anggota ASEAN3. Meskipun antara
negara-negara ASEAN melakukan kerjasama militer, namun keijasama
tersebut tidak dimaksudkan untuk membuat Pakta Pertahanan, seperti yang
dilakukan oleh negara-negara di kawasan Atlantik Utara dengan
pembentukan NATO (North Atlantic Treaty Organizations). Kerjasama militer
antara sesama negara ASEAN lebih ditekankan untuk menjaga saling
pengertian dan menjaga keamanan di perbatasan wilayah masing-masing.
Bahkan, jika kita mengamati lebih detaial, kerjasama m iliter sesama negara-
negara ASEAN lebih banyak karena faktor hubungan bilateral. Kalaupun ada

            3Lebih lanjut dapat dibaca dalam Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia
Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
   14   15   16   17   18   19   20