Page 18 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 18
Meskipun kebijakan kebudayaan pemerintahan Suharto berupaya
mengikis kebudayaan Tionghoa sesudah 1965, kebijakan perekonomiannya
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemodal Tionghoa untuk
memanfaatkan berbagai pengaturan usaha patungan untuk mengembangkan
kekuatan modal dan perusahaan mereka. Misalnya, praktek ‘cukong’ di era Orde
Baru. Cukong adalah bahasa Tionghoa (Hokkien) yang berarti “tuan,” tetapi
dalam bahasa Indonesia istilah ini digunakan untuk menyatakan “pengusaha
Tionghoa yang lihai dan bekerjasama erat sebagai perantara dengan penguasa,
khususnya kaum militer” (Roeder, 1973, h. 34, sebagaimana dikutip dalam
Suryadinata, 1992, h. 141). Widihandojo (2001) mencatat bahwa berdasarkan
sejarah, kerjasama antara kekuasaan pribumi dan orang Tinghoa bukan hal yang
baru. Meskipun pejabat pribumi memegang kekuasaan dan sarana, mereka
butuh mitra usaha yang tidak terkait dengan kelompok mana pun. Kelas
menengah pribumi yang sering terkait dengan kelompok politik tertentu dapat
menjadi ancaman bagi pejabat ini. Sebaliknya, orang Tionghoa berada dalam
keadaan yang rawan. Oleh sebab itu, lebih aman mempunyai mitra Tionghoa
ketimbang pribumi.
Peluang yang diberikan kepada orang Tionghoa ini menimbulkan kritik
dan kebencian, khususnya dari pesaing pribumi. Banyak pengusaha Indonesia
yang memprotes kenyataan bahwa investasi modal asing memberi manfaat lebih
kepada orang Tionghoa ketimbang kepada pengusaha pribumi. Hal ini
disebabkan karena investor asing lebih suka bekerja dengan orang Tionghoa
yang dikenal secara umum lebih siap dalam hal pengalaman usaha, modal, dan
keterampilan teknis (Schwarz, 1999). Dalam lingkungan konflik, ketegangan,
dan kontradiksi inilah kapitalis Tionghoa melebarkan dominasi perusahaan
mereka di dalam perekonomian Indonesia. Tetapi tidak adil dan tidak benar jika
kita menganggap masyarakat Indonesia Tionghoa semuanya makmur.
Meskipun beberapa pengusaha Tionghoa benar-benar menjadi ’’konglomerat”
raksasa — istilah yang berarti cukong paling besar dan paling berhasil yang
kekaisaran usahanya mengeruk pendapatan miliaran dolar—jumlah terbesar
4

