Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
48
mudah dilihat, berbagai produk multi nasional menyerbu pasar diseluruh
dunia. Tak terkecuali pasar negara berkembang dan negara miskin.
Contohlah di Indonesia, barang-barang konsumtif menghiasi mal-mal yang
sengaja dibangun untuk itu, meminggirkan barang produk lokal dan pasar
tradisional. Lebih celaka lagi produk-produk makanan-minuman seperti Coca
Cola dan Pepsi Cola telah menggeser habis produk minuman lokal seperti
Sarsaparila, Oso dan Green Spot yang dulu pernah merajai pasar Indonesia.
Frenchise-frenchise ayam goreng seperti KFC, Me Donald juga telah
meminggirkan ayam goreng Bu Suharti dan ayam goreng Mbok Berek.
Dalam kaitan dengan globalisasi seperti inilah diharapkan BUMN
mampu bergerak dan mengantisipasi perubahan global yang terjadi, dengan
mengambil peluang serta mengantisipasi hambatan yang ada dengan
memperkuat kemandirian untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-
produk yang membanjiri Indonesia. Terlebih-lebih bila AEC (Asean Economic
Community) dilaksanakan pada tahun 2015. BUMN dituntut juga untuk
menjadi pemain kelas dunia dengan persaingan dikandang lawan dengan
bersinergi dengan BUMN lain ataupun dengan swasta lokal / asing dengan
konsep win-win solution. Selain itu BUMN haruslah bertindak sebagai tameng
dan Bapak Angkat bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), sehingga
UMKM tersebut tidak tergerus dalam arus pusaran negatif globalisasi. Untuk
itulah BUMN dituntut sebagai tulang punggung ekonomi nasional dan
perusahaan yang harus berorientasi bisnis serta pelayanan masyarakat prima
dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan.

