Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
41
hal yang baru. Namun demikian fakta memperlihatkan bahwa E-KTP di
M alaysia tidak bisa mengenalikan mobilasi penduduk terutama yang ilegal.
Persoalan kependudukan di Malaysia sedikit mengalami masalah
tatkala imigran dari Indonesia berlomba-loba untuk bekerja di Negeri Jiran
tersebut dan gelombang migran Indonesia ke Malaysia bukanlah gejala
m obilitas sosial yang berlangsung baru-baru ini saja.
Malaysia yang dulu dikenal dengan nama Malaya sudah menjadi
daerah tujuan para migran Indonesia sejak abad ke 14 (Bahrin.1967).
Kehadiran migran itu telah turut mewarnai kehidupan sosial ekonomi
m asyarakat Malaysia, bahkan dalam beberapa hal wama keindonesiaan itu
sangat m enonjol seperti yang ditemukan di negara bagian Negri Sembilan
yang menunjukkan pengaruh kebudayaan Minangkabau dalam kehidupan
m asyarakatnya (Josselin de Jong, 1980).
Gelombang migrasi dari berbagai wilayah Indonesia tetap
berlangsung sampai saat ini, meskipun dal.am bentuk dan corak yang
berbeda. Saat ini penduduk Indonesia yang melakukan migrasi ke Malaysia
umumnya adalah para pencari kerja. Hal ini agak berbeda dengan periode
sebelumnya. Yang umumnya melakukan migrasi ke negara tetangga itu
dalam rangka merantau yaitu untuk mencari kehidupan atau wilayah
pem ukim an baru. Di luar mereka yang telah menjadi warga negara
Malaysia, diperkirakan pada saat ini terdapat lebih dari satu juta migran
Indonesia di negara tersebut, dan sebagian besar bekeija sebagai buruh,
dan diperkirakan sekitar 65 persen dari total pekerja di Malaysia adalah
pendatang dari Indonesia. Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang mereka
geluti. Ada yang menjadi dosen, pelatih tari, dokter, pedagang, buruh,
pem bantu rumah tangga, pemilik restoran, supir taksi, dan pekerja
serabutan.
Mereka yang telah berstatus warganegara Malaysia dan penduduk
penetap, umumnya membawa keluarganya ke Malaysia, sedangkan yang
m asih m em punyai status “izin kerja”, meninggalkan keluarga mereka di
Indonesia, persoalan ini kemudian menjadi akut dan terbukti bahwa para
pelaku teroism e yang dalam sepuluh tahun terakhir ini menjadi sebuah

