Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

3

 Newsweek disebut sebagai Islam with a smiling face),8 menjadi Islam Indonesia
 yang beringas, agresif, penuh kebencian, intoleran, fundamentalis, radikalis,
 bahkan sering dihubungkan dengan penciptaan berbagai gerakan teror. Islam
 transnasional yang membawa ideologi Islam garis keras atau ekstrim kanan dari
 Timur-Tengah, menurut KH Agil Siradj adalah kumpulan dari “orang Islam yang
 berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif’.9
 Beberapa nama jaringan Islam transnasional yang mengusung ideologi garis
 keras, fundamentalisme dan turunannya di Indonesia adalah Salafi-Wahhabi,
 Ikhwanul Muslimin (gerakan ikhwan, Muslim Brotherhood, sering dihubungkan
dengan Partai Keadilan Sejahtera - PKS), Hizbut Tahrir (sudah memiliki cabang di
 Indonesia bernama Hizbut Tahrir Indonesia - HTI), Jamaah Tabligh, Al Qaeda,
Syiah, dan lain-lainnya. Dalam konteks internasional, gerakan ini semakin
mendapatkan banyak pengikut dengan mengusung semboyan Pan-lslamisme,
Islam global (khilafah Islamiyah) dan anti-demokrasi, dimana kesuksesan Partai
Ikhwanul Muslimin Mesir memenangkan Presiden Muhammad Morsi telah menjadi
embrio kemenangan dari gerakan Ikhwan global.

       Dengan perkembangan gerakan Islam transnasional garis keras yang sangat
cepat, kekuatan Islam lokal pun terancam. Padahal Islam lokal adalah tiang
penyangga utama kerukunan beragama dan telah tumbuh harmonis dalam tata-
nilai budaya Indonesia.10 Bahkan sejak era kemerdekaan, kekuatan massa Islam
lokal (Islam kultural, Islam nasionalis atau Islam kebangsaan) yang didominasi
oleh basis massa NU dan Muhammadiyah telah berkomitmen secara permanen
untuk menjaga komitmen mereka terhadap paham Islam moderat, kerukunan
beragama, dan NKRI.11 Sayangnya, kekuatan Islam lokal masih dipenuhi berbagai
masalah laten dan sering terpinggirkan dalam tata-kelola kenegaraan. Pada masa
pemerintahan Soekarno, kekuatan Islam lokal dibenturkan atau dipinggirkan oleh
gerakan komunis yang akhirnya berkhianat kepada NKRI. Pada masa
pemerintahan Soeharto, kekuatan Islam lokal juga dikucilkan atau sekedar
diperalat untuk mengontrol para musuh politik pemerintah. Lalu pada era
reformasi, kekuatan Islam lokal pun dibiarkan terkepung dan bertahan sendiri
akibat serbuan Islam transnasional. Akibatnya invasi dan infiltrasi gerakan Islam

8 Geovanie, Jeffrie, Civil Religion - Dimensi Sosial Politik islam, Jakarta, Gramedia Pustaka, 2013, hal. 58.
9 KH. Agil Siradj, Radikalisme, Hukum dan Dakwah, Republika edisi 3 Oktober 2011.
10 Rahman, Samson, Islam Moderat, Jakarta, Pustaka Ikadi, 2007, hal. 42-71.
11 Sholeh, Badrus, Budaya Damai Komunitas Pesantren, Jakarta, LP3ES, 2007.
   10   11   12   13   14   15   16   17   18