Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

19

(kesadaran), willingness to receive (keinginan untuk
menerima) dan controlled attention (perhatian yang
terkendali) atau selected attention (perhatian yang terpilih).
Kemudian tingkat kedua, yaitu responding (merespons) yang
meliputi acquiescence in responding, willingness to respond
(keinginan untuk merespons) dan satisfaction in response
(kepuasan dalam respons). Tingkat ke tiga. yaitu valuing
(menilai) yang meliputi acceptance of a value (penerimaan
suatu nilai), preference for a value (lebih menyukai suatu nilai)
dan commitment (komitmen). Tingkat ke empat, yaitu
organization (organisasi) yang meliputi conceptualization of a
value (konseptualisasi nilai) dan organization of value system
(organisasi sistem nilai). Tingkat kelima yang merupakan
tingkat tertinggi, yaitu characterization by a value or value
complex (perwatakan dengan suatu nilai atau himpunan nilai)
yang meliputi generalized set (himpunan umum) dan
characterization (perwatakan). Tingkatan penanaman nilai
yang dikemukakan oleh KBM di atas merupakan tingkatan
penanaman nilai melalui proses pendidikan, sebagaimana
digunakan oleh Bloom dalam menyusun tujuan pendidikan.
Tingkatan pendidikan dimulai dari kesadaran adanya nilai
yang setahap demi setahap meningkat sampai dengan
tingkatan memiliki perwatakan suatu nilai atau himpunan nilai.

          Ciri tertanamnya karakter seseorang melalui
 pendidikan tertera jelas sesuai dengan karakteristik pada ke
 enam tingkatan. Sehingga keberhasilan pendidikan karakter
 dinilai sesuai dengan capaian pada ke enam tingkatan
 tersebut.

 2) Teori Pengembangan Moral Kohlberg

          Kohl berg (1984), mengemukakan perilaku moral
 seseorang berkembang dalam tiga tingkatan. Tingkat
   1   2   3   4   5   6   7   8