Page 18 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 18
memperjuangkan berdirinya negara Islam Indonesia:, disamping yang
memperjuangkan berdirinya “kekhalifahan Islam’, pola organisasinya pun
beragam, mulai dari gerakan moral ideologi seperti Majelis Mujahidin
Indonesia dan Hizbut tahrir Indonesia sampai kepada gaya militer seperti
Laskar Jihad, FPI dan FPISurakarta.3
Gerakan fundamental radikalis yang muncul di Indonesia sebagian
besar adalah berangkat dari ketidak puasan dan adanya keinginan untuk
menjadikan atau menerapkan syariat Islam di Indonesia, bagi mereka,
terjadinya ketidak adilan, banyaknya korupsi, krisis yang berkepanjagan dan
ketidak harmonisan antara kaya dan miskin adalah akibat dari tidak
diterapkannya syariat Islam.
Korban akibat aksi terorisme di Indonesia terhitung sejak 2000 hingga
2010, sebanyak 298 orang meninggal dunia, sekitar 838 orang mengalami
luka berat, ringan, hingga cacat. Aksi terorisme itu dimulai pada 2000 yakni
peristiwa bom malam Natal di 11 kota, terjadi ledakan di beberapa gereja.
Kemudian bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang
termasuk warga negara asing. Aksi berikutnya pada 5 Agustus 2003, terjadi
bom di JW Marriott dengan korban tewas 12 orang. Belum lagi kerugian
material dan kepercayaan investasi yang menurun. Kemudian disusul bom
Bali II pada 1 Oktober 2005, tepatnya di Jimbaran dengan aksi tiga bom
bunuh diri. Selanjutnya aksi 17 Juli 2009 di JW Marriott dan Ritz Carlton.
Beberapa permasalahan dalam menanggulangi ideologi fundamental
radikalis dan aksi terorisme adalah rendahnya pemahaman masyarakat
terhadap bahaya laten fundamentalisme, radikalisme dan terorisme;
implementasi pancasila dalam kehidupan bernegara belum dirasakan
masyarakat; belum optimalnya kerjasama antar institusi intelijen dan
keamanan di tingkat internasional, regional dan nasional untuk mengatasi
kelompok fundamentalis radikal dan teroris; lemahnya penegakan hukum
terhadap pelaku teror dan kelompok radikal dan rendahnya wawasan
masyarakat tentang agama yang dianut dan kebhinekaan.
3 Islam dan Radikalisme di Indonesia, halaman 5
6

