Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
BABI
PENDAHULUAN
1. Umum.
Gerakan radikal keagamaan yang melakukan aksi teror dan kekerasan
pada dasarnya bukan merupakan sebuah hal baru, globalisasi telah memberikan
peluang bagi gerakan ini untuk memperluas area operasi dan meningkatkan
kapabilitas kelompok-kelompok tersebut dalam melakukan aksinya. Proses
globalisasi yang berjalan beriringan dengan “demokratisasi teknologi”,
memungkinkan kelompok non-negara mendapatkan akses yang lebih mudah
terhadap instrumen-instrumen yang mendukung aksi radikalnya.1 Secara khusus
dominasi kekuatan adidaya telah menimbulkan reaksi dari kelompok
masyarakat yang ingin melindungHkebudayaan dan identitasnya.2 Bagi
kelompok-kelompok Islam Radikal, Ketakutan akan Amerikanisasi telah
menguatkan persepsi tentang sebuah bentuk musuh bersama. Persepsi ini telah
memberikan dorongan baru bagi kelompok radikal untuk meningkatkan intensitas
aksinya menentang apapun yang dianggap sejalan dengan atau mendukung
tindakan Amerika Serikat. Pasca perang dingin, terutama setelah 11 September
2001 menjadi titik kulminasi perubahan jenis konflik yang membawa pertarungan
antara kelompok radikal Islam dengan Barat dan disisi lain demokrasi terorisme
dan radikalisme semakin mengemuka.
Selain kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah, Asia Tenggara
merupakan kawasan yang menjadi fokus perhatian Internasional dalam
penanggulangan terorisme yang dilakukan oleh kelompok radikal Islam.
Kawasan ini telah memiliki sejarah panjang terkait dengan kehadiran kelompok
radikal dan kelompok terorisme atas dasar Islam. Sebelum tahun 2002 Asia
Tenggara sebagai salah satu wilayah kunci operasi bagi Al-Qaeda dan
1Joseph S. Nye, Jr., Power in a Global Information Age: From Realism and Globalization,
(London, Routledge: 2004) him 207.
2 Thomas Friedman, The W orld is Flat, (New York, Farrar, Straus and Giroux: 2006) him. 505-
506.

