Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI

dengan kebijakan yang telah dibuat di pusat. Dan yang terakhir, banyak
kebijakan berbeda dari hukum adat yang berlaku di masyarakat
sehingga kadang-kadang sulit diterima oleh masyarakat.

d. Masih lemahnya peran riset, teknologi dan kearifan /oka/
dalam pengelolaan sumber daya hayati. Kondisi saat ini daiam
kaitannya dengan hal ini adalah masih lemahnya partisipasi masyarakat
adat dan lokal dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hayati.
Selain itu, masukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal
belum secara optimal diimplementasikan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya hayati secara berkelanjutan. Selain itu,
dukungan sumberdaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta
kearifan lokal bagi perwujudan pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati masih belum optimal. Sistem pengetahuan,
baik itu yang berasal dari pengetahuan tradisional maupun hasil dari
riset kontemporer, tentang konservasi keanekaragaman hayati sejauh
ini juga belum dikembangkan dan dilindungi secara maksimal, agar
keanekaragaman hayati terkelola secara berkelanjutan.

e. Masih lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sum ber daya hayati. Kondisi saat ini dalam kaitannya dengan hal ini
antara lain adalah masih rendahnya kesadaran, pemahaman dan
kepedulian masyarakat tentang makna penting keanekaragaman
hayati, baik bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu, masyarakat secara
umum juga belum berpartisipasi aktif, termasuk dalam upaya
mendorong terwujudnya kontrol sosial, dalam pengelolaan
keanekaragaman hayati. Konsep dan kebijakan pengelolaan
keanekaragaman hayati Nasional sejauh ini secara umum juga belum
terlalu dipahami oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
Demikian juga tentang pengertian dan nilai keanekaragaman hayati,
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keanekaragaman hayati,
konteks, alat dan metode pengelolaan keanekaragaman hayati,

42