Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

43

   memberikan hak perwakilan kepada mereka juga terabaikan. Jadi meskipun
  sistem nilai telah berubah, kekerasan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan
  politik itu bukanlah budaya politik dan bukan juga sesuatu yang sesuai dengan
  etika politik.45

             Aktivitas perilaku politik yang penuh kekerasan dan atau memanfaatkan
  preman-preman baik dari kelompok pendukung maupun penentang gubernur
  terpilih benar-benar membuktikan bahwa ciri kekerasan terjadi dalam
  mengkomunikasikan pesan-pesan politik terutama dari dan untuk orang atau
  sekelompok orang yang ingin tetap dilindungi keberadaannya, termasuk
  kelompok poliisi yang saat itu dianggap terlibat dalam politik uang yang menjadi
 sasaran para pengunjuk rasa46

             Melihat berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air yang melibatkan
 perseteruan hebat para tokoh dan politisi, terutama mereka yang merasa
 terancam jiwa dan kedudukannya, kelihatannya kekerasan dalam komunikasi
 politik menjadi bagian integral dalam pengamanan eksistensi aktor politik dan
 proses politik yang dikomunikasikan dalam peran politiknya. Bahkan perilaku ini
 dilakukan tidak hanya oleh satu politisi yang berasal dari partai politik tertentu
 saja, melainkan terjadi dan dilakukan politisi dari latar belakang kepartaian yang
 berbeda 47

            Ada sejumlah pertimbangan para tokoh dan politisi untuk melibatkan
kekerasan dalam aktivitas komunikasi politik yang dilakukannya. Pertama,
melalui kekerasan dianggap dapat melindungi ekssitensinya dari ancaman tokoh
dan politisi lain yang menjadi lawan atau seteru politiknya. Kedua dengan
kekerasan pula mereka ingin diakui dan bahkan ditakuti oleh lawan atau seteru
politiknya.48

            Dalam aspek lingkungan strategis dunia pun dewasa ini, diwarnai
dengan berbagai perkembangan. Salah satunya adalah bahwa sebagai akibat
meluasnya isu-isu kemanusiaan dan terorisme, perdamaian dunia tidak lagi
dimaknai sebagaitidak adanyapeperangan, konflik kekerasan, ketegangan dan
huru hara kerusuhan berskalabesar, bersifat sistematis dan kolektif. Masyarakat

45 ibid.
46 Ibid. Hal. 6
47 Ibid. Hal 7
48 Ibid.
   10   11   12   13   14   15   16   17