Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
32
sejati. Kesadaran akan kebenaran sejati dimaksud adalah penyadaran diri sepenuhnya
terhadap nilai-nilai luhur yaitu nilai-nilai Ketuhanan. Ajaran dan pendidikan agama dan
kepribadian sangatlah penting dalam hal ini, sementara nilai-nilai budaya dan norma
sosial menjadi penyeimbang dalam menemukan kebenaran sejati. EQ selama ini luput
dari perhatian sebagian orang, Patricia Paton31 menyebutkan bahwa kebanyakan para
kalangan bisnis menganggap EQ merupakan masalah ringan, yang penanganannya
sebaiknya diserahkan kepada kalangan keagamaan atau keluarga. Padahal sebaliknya,
pada era globalisasi mengembangkan dan memimpin kegiatan bisnis agar mampu
menghadapi tantangan dan tekanan dengan mengabaikan emosional berarti
membiarkan dan membawa perusahaan ke posisi lemah. Ary Ginanjar Agustian32
menggambarkan hasil dari sebuah test IQ, bahwa kebanyakan orang yang memiliki IQ
tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ sedang justru
sangat berprestasi. Kemampuan akademik, nilai raport, predikat kelulusan tidak bisa
menjadi tolok ukur seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa
tinggi sukses yang akan dicapai. Bahkan Ary Ginanjar menyebutkan bahwa
seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan
menghasilkan orang-orang sukses dan bintang yang berkinerja tinggi. Ada empat batu
pijakan kecerdasan emosional (EQ) yang dapat dijadikan dasar sumber daya manusia
menjadi sukses, yaitu: (1) Karakter, (2) Prinsip-prinsip, (3) Nilai-nilai, dan (4) Paradigma.
a. Pertama, karakter merupakan dasar terbentuknya jati diri seseorang yang
terpancar melalui sikap, prilaku, tindakan sehari-hari. Dengan karakter yang ada
pada dirinya melahirkan potensi seseorang untuk bertindak dan bereaksi baik
yang positif maupun yang negatif. Karakter akan sangat menentukan hubungan
yang dijalin seseorang dengan orang lain. Karakter tercermin dalam 8 (delapan)
prinsip utama ’’penyuluh”, yaitu: welas asih (compassion), suara hati (conscience),
keberanian (courage), keunggulan (excellence), kejujuran (honesty), integritas
(integrity), keterbukaan (openness), dan penghargaan (respectfulness).
b. Kedua, prinsip-prinsip terbentuk sejak kanak-kanak. Dalam perjalanannya
prinsip dalam diri seseorang akan terganggu oleh adanya pengalaman dan
kekecewaan-kekecewaan yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan prinsip-
prinsip ini, seseorang akan menjalani kehidupannya termasuk berhubungan
dengan orang lain sejalan dengan arah dan tujuan hidup yang jelas. Prinsip-
31 Patricia Patton, EQ (Kecerdasan Emosional) di Tempat Kerja, Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1997.
32Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta: Arga, 2001.

