Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
30
Pada era globalisasi saat ini, eksistensi atau keberadaan kesenian
tradisional secara umum berada pada titik yang rendah dan mengalami
berbagai tantangan dan tekanan-tekanan baik dari pengaruh luar maupun
dari dalam.
(a) Tekanan dari pengaruh luar dapat dilihat dari pengaruh
berbagai karya-karya kesenian populer dan juga karya-karya
kesenian yang lebih modern lagi yang dikenal dengan budaya pop.
(b) Komersialisasi yang dilakukan oleh pemerintah tentu saja
didasarkan atas pemikiran yang pragmatis.
(c) Konsep dasar pembangunan di bidang kesenian disamakan
dengan pelestarian global yang cenderung meminggirkan identitas
etnis lokal.
(d) Keaslian kesenian tradisional dipandang belum dapat
dibanggakan sebagai bukti keberhasilan suatu pembangunan di
daerahnya.
Dengan demikian, proses Pemberdayaan Seniman Tradisional
Ketoprak hingga saat ini belum mendapat perhatian secara optimal dari
pemerintah. Pertunjukan Ketoprak selama ini baru menjadi kehendak para
seniman tradisional untuk mengembangkan dan melestarikannya.
Handung Kussudyarsana tokoh Ketoprak berhasil mengamati
perkembangan pemberdayaan seniman dan kesenian tradisional Ketoprak
di Yogyakarta sebagai berikut.30
a. Tahun 1887-1925 Periode Ketoprak Lesung.
Bentuk Ketoprak periode Ketoprak Lesung menggunakan
tetabuhan pokok yang disebut Lesung, yaitu alat menumbuk padi
yang terbuat dari kayu nangka atau jati. Dalam perkembangannya,
alat-alat bunyi ditambah dengan potongan-potongan bambu kecil
yang disebut kotekan. Ketoprak Lesung awalnya dimainkan oleh
30 Handung Kussudyarsana. Ketoprak, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989, 15—
18.