Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

97

keberagaman antar kelompok masyarakat telah menjadi semakin
sulit diselesaikan karena masyarakat telah mulai kehilangan rasa
kekeluargaan, toleransi dan rasa saling memahami yang
sebelumnya dapat mengikat masyarakat pada satu kesatuan
yang yang penuh rasa kekeluargaan.

b. Tidak optimalnya pemberdayaan pemimpin informal dalam
penanganan konflik sosial yang terjadi di daerah selama ini tidak
lepas dari kondisi pemimpin informal yang belum siap dari segi
kemampuan dan integritas moral, belum terpenuhinya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, penanganan konflik yang masih
menonjolkan pendekatan keamanan (security) daripada pendekatan
kultural dan dialogis cara damai dan adanya ego sektoral
penanganan serta belum adanya regulasi yang merupakan payung
hukum pemberdayaan/pembinaan pemimpin informal. Sebagai
akibat tidak diberdayakannya para pemimpin informal secara
optimal dalam penanganan konflik sosial yang terjadi di daerah telah
mengakibatkan penanganan konflik sosial menjadi berlarut-larut,
menimbulkan banyak korban dan tidak terselesaikannya secara
tuntas sampai ke akar rumput dan pada akhirnya telah membuat
sekat-sekat pembatas kehidupan masyarakat yang membatasi
interaksi antar kelompok masyarakat.

c. Sedemikian dekatnya para pemimpin informal dengan
masyarakat pengikutnya di daerah maka diyakini pemimpin informal
akan dapat mengambil peranan penting dalam upaya penanganan
konflik sosial yang lebih baik dan oleh karenanya Pemda hendaknya
membina dan memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya serta mengoptimalkan
perannya secara baik sehingga potensi yang ada pada para
pemimpin informal tidak terbuang secara sia-sia namun sebaliknya
hendaknya dimanfaatkan secara baik dan berdaya guna.
   1   2   3   4   5   6   7   8