Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
72
ulangkan utang seolah-olah menjadi tolok ukur “keberhasilan” tim ekonomi.
Tidak ada upaya total untuk mengurangi tingkat utang (debt stock). Padahal,
tingkat utang yang terlalu besar adalah pertanda negeri ini mempunyai beban
yang berat di masa mendatang.
a. Penghapusan utang melalui kombinasi rekayasa keuangan dan
renegosiasi komersial dengan kreditor.
Salah satu cara yang bisa dipakai adalah melalui berbagai
bentuk rekayasa keuangan seperti debt to equity swap. Sebagai
contoh, sebuah perusahaan asing yang akan menanam modal di
Indonesia senilai US$ 70 juta. Melalui renegosiasi komersial, utang
pemerintah bisa-diperdagangkan di pasar sekunder dengan diskon,
misalnya, 30%. Broker perusahaan tersebut akan membeli utang
pemerintah senilai US$ 100 juta dengan harga US$ 70 juta (diskon
30%). Pemerintah misalnya setuju membayar Rupiah senilai US$ 70
juta, tapi dikompensasi dengan kemudahan pajak.
b. Pengurangan debt stock melalui arbitrase intemasional
Solusi ini memerlukan sinerji dan pembangunan jaringan yang
kuat dengan NGOs di negara-negara maju. Salah satu argumen yang
dapat diangkat adalah organisasi-organisasi multilateral atau Negara-
negara maju turut andil dalam mendorong Negara-negara berkembang
memiliki hutang yang besar.
Kalangan NGOs dalam dan luar negeri sangat antusias dengan
alternatif ini. Walaupun belum ada preseden yang signifikan, tidak ada
salahnya negara-negara debitor seperti Indonesia mencoba alternatif
ini.
c. Negosiasi utang luar negeri pemerintah pada level geopolitik dan
strategik
Pemerintah dan Bank Dunia mengklaim, Indonesia memperoleh
terms yang semakin baik dalam Paris Club (P C) 3, dibandingkan PC1.
Masa jatuh tempo misalnya, naik dari 11 tahun ke 18 tahun untuk utang