Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12
54
g. Sosial Budaya
Dari sisi pluralitas, masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang multikultur dan multietnis yang terdiri dan
berbagai suku, agama, dan ras (SA R A ). Struktur masyarakat ini
sangat potensiat terhadap konflik. Konflik yang terjadi di
berbagai daerah masih belum dapat diseiesaikan secara tuntas
seperti di Poso dan Maluku. Masalah S A R A muneul karena
berkembangnya fanatisme sempit, kecemburuan sosial ekonomi,
rendahnya tingkat pendidikan dan luntumya rasa nasionalisme
dan membawa kepada konflik ini dapat berakibat terjadinya
tindakan anarki.
Pelakunya juga bisa datang dari suatu komunitas telah
terirrtemalisasi dengan nilai dan ide kekerasan dan menjadi
radikal karenanya.5''
Kekerasan yang muneul kemudian, entah dalam rangka
unjuk rasa, pawai atau mogok massal yang seluruhnya berawal
secara damai, semakin mengundang media untuk meliput.6
Kekerasan, yang tidak dikehendaki kemunculannya oleh polisi,
kemudian menghadirkan spiralling effect berupa adanya
masaiah barn, yakni ketika media datang. Hal ini juga kerap
terjadi di Indonesia.
Bila masyarakat sendiri yang perlu mencegah anarki oleh
massa spontan, maka hanya polisilah yang mampu (dan
diperbolehkan oleh undang-undang) untuk mencegah dan
menindak anarki jenis kedua tadi sesuai fungsinya sebagai
pemelihara ketertiban umum (public-order poticing). Intelijen
kepolisian yang kuat tentu dapat mendeteksi niat para
perancang unjuk rasa, misalnya, untuk "menabrak" siapapun
yang mencegah ulah brutal mereka.
5 Adrianus Meliala, “Orang-orang Radikal, Suara Pembaruan, 2 Januari 2001.
6 studentadvantage.com,2001