Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

BAB I
                                               PENDAHULUAN

 1. Umum.
          Berdasarkan bentuk dan letak geografisnya, Indonesia merupakan negara

 kepulauan yang berada di antara dua benua dan dua samudera, serta dilintasi oleh
 garis khatulistiwa. Kepulauan Indonesia ini memiliki tanah yang subur dengan iklim
tropis, yang memberikan curah hujan yang cukup untuk menyuburkan tanahnya.
 Kepulauan Indonesia memiliki banyak perairan laut yang luas dengan kekayaan laut
yang besar. Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki Sumber Kekayaan Alam
(SKA) yang berlimpah dan beragam, dengan keanekaragaman hayati (biodiversitas)
terbesar nomor dua di dunia sesudah Brasil.

         Potensi keanekaragaman hayati merupakan faktor strategis untuk
membangun keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif bagi sebuah
negara-bangsa. Pada tataran global, negara dengan mega-biodiversitas tentu
memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki
SKA terbatas. Ketika suatu negara mampu mengelola SKA-nya secara optimal dan
efektif, maka akan tercipta keunggulan kompetitif yang dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kelangkaan S K A memang tengah menjadi
isu global yang sangat strategis, karena berimplikasi luas terhadap eksistensi umat
manusia dan keberlanjutan proses pembangunan. Banyak konflik yang terjadi di
tingkat global salah satunya dilatarbelakangi oleh perebutan wilayah pengelolaan
SKA. Konflik serupa juga berkembang ke tataran regional, karena terjadinya
sengketa kedaulatan juga dipengaruhi oleh potensi S K A yang terkandung di wilayah
tersebut. Realitas yang terjadi di tataran global maupun regional merupakan
tantangan bagi Indonesia dalam mengoptimalkan SKA-nya.

        Berdasarkan tinjauan historis, pengenalan tanaman kelapa sawit di Indonesia
diawali pada tahun 1848 melalui pengembangan tanaman koleksi di Kebun Raya
Bogor dan mulai dikembangkan sebagai tanaman penghasil minyak sawit pada tahun
1911 di Tanah Itam Ulu di Pulau Sumatera oleh maskapai Huileries de Sumatera.
Sejak saat itu pengembangan perkebunan kelapa sawit terus berlanjut, terbukti
dengan perkembangan luas areal kebun kelapa sawit selama dua dekade terakhir
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20