Page 16 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 16
110
b. Bangsa Indonesia sesungguhnya merupakan bangsa yang cerdas,
terutama bila dilihat dari sisi spritual, sosial dan emosi. Hal ini dapat
dilihat dari pola kekerabatan yang erat. Beberapa contoh eratnya
kekerabatan dapat dilihat dari perhatian pada sesepuh dan
kesediaan anak untuk merawat orang tua. Fenomena ini tidak
banyak ditemukan di negara-negara maju seperti masyarakat Eropa
dan Amerika. Kesediaan anak dalam merawat orang tua
menunjukkan bentuk kecerdasan sosial dan spiritual yang tinggi.
Karakter ini perlu untuk selalu dipelihara dan dirawat. Disisi lain,
maraknya perseteruan terbuka di kalangan elit politik, yang
ditampilkan dalam bentuk-bentuk ekspresi agitasi, maupun
demonstrasi yang sering kali berakhir dengan keributan/kerusuhan
menunjukkan belum mewujudnya kematangan emosi. Beragamnya
suku bangsa mengakibatkan ekspresi pengungkapan bervariasi dan
sering kali ketidak-pahaman dan kurangnya toleransi terhadap
perbedaan yang ada menjadi akar dari agitasi dan kurang
harmonisnya dialog. Kemampuan berdialog merupakan perwujudan
dari permusyawarakatan dan mufakat perlu yang untuk
dikembangkan sebagai salah bentuk karakter kebangsaan.
c. Tradisi kekerasan yang tumbuh dalam institusi pendidikan
vokasional harus sekuat daya dihilangkan karena secara nyata
mengancam institusi pendidikan vokasional untuk mencapai
tujuannya, yaitu menciptakan generasi baru yang berkualitas, ‘siap
pakai’ dan berdaya saing, terutama dalam kesiapan bangsa
Indonesia menyongsong tibanya era emas demografi pada 2025-
2030 serta secara nyata turut memperkuat Ketahanan Nasional.
Tradisi kekerasan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
institusi pendidikan vokasional harus diberantas dari dalam melalui
optimalisasi pendidikan karakter yang komprehensif, menyeluruh,
serta melibatkan segenap pihak yang terkait dengan institusi
pendidikan vokasional, demi terciptanya generasi baru Indonesia
yang tangguh, kompeten, dan berjiwa luhur, sesuai dengan nilai-nilai