Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3

terjadi, maka arsitek bukanlah arsitek yang hebat. Mengapa?
 Karena tidak semua tanah itu datar. Justru ia harus
 menghadapi realitas yang ada (tanah berbukit-bukit), dan
 menciptakan bangunan yang paling layak untuk kondisi yang
 ada. Seorang pemimpin harus memahami realitas internal
 maupun eksternal organisasi, menerima keadaan ini, dan
 membuat angan-angan “bangunan masa depan” berdasarkan
 realitas ini. Jadi, imajinasi yang hebat saja tidak memadai,
 karena tetap harus berpijak ke bumi. Seorang Quantum
Leader tidak boleh beripikir melantur ke mana-mana, tetapi
harus mempunyai pemikiran yang sangat mungkin untuk
direalisasikan (fokus).
2) Filosofi yang berkaitan dengan peran seorang
Quantum Leader untuk “mengubah", yaitu Nurture with
Respect, Love, and Care. Artinya untuk “mengubah” anggota
organisasi diperlukan pendekatan personal yang prima dari
seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan membimbing
pengikutnya sehingga mereka mampu (setidak-tidaknya)
menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Pemimpin yang baik
akan membimbing anak buahnya dengan rasa hormat, cinta,
dan penuh perhatian.
3) Filosofi Quantum Leadership berkaitan dengan
‘menggerakkan’ yaitu menerapkan The G olf Game Concept
yang terdiri dari direction (mengarahkan), distance (mengukur
jarak), dan precision (ketepatan). Maksudnya untuk
menggerakkan anak buah mesti memiliki tata pikir seperti
dalam permainan golf. Sebelum memukul bola golf pertama
kali yang harus dilakukan adalah menentukan arahnya. Jika
arahnya salah semua usaha yang akan dilakukan akan sia-
sia. Kemudian barulah memperkirakan jaraknya, dan setelah
itu berpikir mengenai ketepatannya. Demikian pula dalam
kepemimpinan. Seorang Quantum Leader pertama kali harus

                                 21
   1   2   3   4   5   6   7   8