Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12

26

  kebudayaan, tetapi kerap kali juga mengangkat nuansa kecanggihan yang
  berbeda-beda.22

           Jika dikaji lebih jauh berdasarkan hasil evaluasi RPJMN periode
 tahun 2005-2010, maka diperoleh data bahwa pada satu sisi,
 pembangunan kerukunan antar suku bangsa telah menghasilkan
 perubahan yang positif. Hal ini di antaranya tercermin dari: (1) semakin
 berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya kesadaran keragaman
 budaya yang ditandai oleh menurunnya eskalasi konflik/perkelahian antar­
 kelompok warga di tingkat desa (dari 2.583 desa pada tahun 2003 menjadi
 1.235 desa (109,2 persen) pada tahun 2008 (BPS, Podes 2008); (2)
 tumbuhnya sikap saling menghormati dan menghargai keberagaman
 budaya yang ditandai dengan perkembangan persentase persepsi
 masyarakat terhadap kebiasaan bersilaturahmi (79,22 persen), persentase
 persepsi masyarakat terhadap kegiatan gotong royong (84,6 persen), serta
 persentase persepsi masyarakat terhadap kebiasaan tolong-menolong
 antar-sesama warga (90,4 persen) (BPS, Susenas 2006); dan (3) semakin
 berkembangnya proses internalisasi nilai-nilai luhur, pengetahuan dan
teknologi tradisional, serta kearifan lokal yang relevan dengan tata
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti nilai-nilai persaudaraan,
solidaritas sosial, saling menghargai, serta rasa cinta tanah air.

          Secara umum, kemajemukan suatu masyarakat dapat dipahami
melalui dua titik pandang utama, yaitu:23

          a. Secara horizontal: pemahaman ini didasarkan pada fakta
         yang menunjukkan adanya satuan-satuan sosial yang
          keragamannya dicirikan oleh perbedaan suku bangsa, agama, adat-
         istiadat dan unsur-unsur kedaerahan lainnya.
         b. Secara vertikal:pemahaman ini didasarkan pada perbedaan-
         perbedaan yang bersifat vertikal, artinya bahwa perbedaan dari
         unsur-unsur yang membuat keragaman tersebut dapat diukur
         berdasarkan kualitas atau kadarnya, seperti dari afepek ekonomi
         memiliki ciri-ciri berupa terbagi-bagi ke dalam bentuk kelompok yang

“ Jenny M.T. Hardjatno, 2012, TOR DK. BS. Sosial Budaya, PPRAXLVII Lemhannas RI.
^Berghe, dalam Awan Mutakin & Gurniwan KP, 2000, Masyarakat Indonesia dalam
Dinamika, Bandung: Buana Nusa.
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17