Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
19
a. Kebudayaan dan Integrasi Sosial. Dalam bukunya The
Social System (1951) dan Toward a General Theory of Action
(1951), Parsons melihat bahwa persoalan sentral dari sebuah
masyarakat adalah tentang integrasi dan alokasi. Alokasi mengacu
pada distribusi upah di antara orang-orang dan distribusi orang ke
dalam posisi-posisi tertentu dalam masyarakat. Sementara itu,
integrasi mengacu pada bagaimana mengelola tegangan-tegangan
yang muncul sebagai akibat dari alokasi tadi. Untuk menjabarkan hal
tersebut, Parsons dan rekan-rekannya mengembangkan sebuah
model masyarakat yang terdiri dari tiga sistem yaitu sistem sosial,
sistem kepribadian dan sistem budaya.
Sistem budaya merupakan sistem yang paling signifikan
dalam menjawab persoalan integrasi, karena baginya gugus nilai itu
membantu individu untuk mendefinisikan peranan dan ekspektasi
tentang alokasi sumber daya-sumber daya yang langka. Pola-pola
yang berorientasi pada nilai amatlah penting dalam penataan sistem-
sistem tindakan, sebab salah satu dari pola tersebut mendefinisikan
pola-pola hak dan kewajiban timbal balik yang merupakan unsur
pokok pembentuk ekspektasi peran dan sanksi. Terdapat tiga
wilayah dalam penerapan sistem budaya, yaitu ranah simbol-simbol
kognitif yang berurusan dengan ide dan keyakinan dan dunia,
simbol-simbol ekspresif yang mengkomunikasikan emosi, serta
standar dan norma moral yang berurusan dengan benar atau
salah.15
b. Budaya Politik. Menurut Almond dan Verba budaya politik
merupakan orientasi sikap politik terhadap sistem politik dan bagian-
bagiannya yang lain serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam
sistem tersebut. Kebudayaan politik suatu bangsa merupakan
distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik di antara
masyarakat bangsa itu. Orientasi itu mengacu pada aspek-aspek
15Mudji Sutrisno & Hendar Putranto. 2005. Teori-teori Kebudayaan. (Jakarta: Penerbit
Kanisius), him. 56 - 57.

