Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
21
3) Kebudayaan parokial - partisipan: norma-norma
struktural yang telah diperkenalkan biasanya bersifat
partisipan, demi keselarasan mereka dalam menuntut suatu
kultur partisipan, sehingga persoalan yang perlu ditanggulangi
ialah mengembangkan orientasi input dan output secara
simultan.
10. Tinjauan Pustaka
a. Di dalam buku “Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran
P olitik Bung Hatta”, Zulfikri Suleman, dkk menjelaskan kaitan
antara fungsi sosialisasi politik sebagai pembentuk dan penerus
budaya politik suatu masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik
yang sudah berlangsung ratusan tahun, kita mengenal nilai-nilai
politik yang khas dan berlaku di berbagai negara dewasa ini. Untuk
masyarakat politik Indonesia, kita mengenal dan menghayati nilai-
nilai politik seperti musyawarah dan mufakat, Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila, Indonesia Raya dan lainnya melalui proses sosialisasi
politik yang sudah berlangsung sejak dulu dalam masyarakat kita.19
Dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa struktur pengalaman
identik dengan kebudayaan sebagaimana yang dirumuskan Clifford
Geertz yaitu akumulasi total dari “pola-pola” budaya, kumpulan
simbol-simbol bermakna yang teratur yang memungkinkan seorang
memahami persitiwa-peristiwa yang dialami dalam kehidupannya
sebagai struktur konseptual yang dimasukkan dalam bentuk-bentuk
simbolis untuk memahami seseorang.
Sebagai bagian dari sistem budaya, suku bangsa merupakan
suatu pola budaya yang dianut oleh masyarakat yang dapat
mempengaruhi perilaku dan orientasi budaya politik masyarakat,
serta bagaimana seorang individu memahami dan menghayati
segenap peristiwa-peristiwa yang dialami dalam kehidupannya
sebagai struktur konseptual yang dimasukkan dalam bentuk simbolis
19 Zulfikri Suleman. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta.
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas), him. 20.

