Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17
3
"terdapat 1.340 suku bangsa”5. Jumlah suku bangsa yang begitu
besar sejalan dengan kebudayaannya masing-masing, dari sisi
ekonomi, sesungguhnya merupakan aset yang berpotensi ekonomi
cukup besar apabila dikelola dan dikembangkan secara tepat dan
optimal untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, sehingga pada
akhirnya akan berkontribusi pada penguatan atau kokohnya
ketahanan nasional. Potensi ekonomi yang dimaksud dapat dilihat
berdasarkan pandangan atau pemikiran futuristik Alfin Tofler berikut,
“Futurisme sosial menantang asumsi utama para manejer Marxis
maupun Keynes ini. Dalam waktu dan tempat sejarahnya, tujuan
masyarakat industri untuk mengejar kemajuan material telah
membawa kebajikan bagi manusia. Namun ketika kita meluncur ke
*super-industrialism”, suatu etos baru muncul, suatu tujuan lain mulai
menandingi, bahkan menggantikan tujuan kesejahteraan ekonomi.
Dalam hubungan pribadi, pemuasan diri, tanggung jawab sosial,
prestasi estetis, individualisme hedonistis, dan berbagai tujuan lain
menyaingi dan sering mengungguli pacuan liar ke arah sukses
material. Kemakmuran menjadi pangkal tolak manusia untuk mulai
memperjuangkan berbagai tujuan pasca-ekonomi”6. Dalam
pandangan ini termuat pengertian, bahwa di masa akan datang
kebutuhan pokok atau kemajuan material industri telah memenuhi
kebutuhan manusia sebagai perwujudan dari kesejahteraan
ekonomi. Kebutuhan selanjutnya akan meningkat ke super
industrialism. Oleh karena itu, maka pemuasan diri, prestasi estetis,
individualisme hedonistis akan menjadi kebutuhan untuk memenuhi
kepuasan, baik kebutuhan masyarakat dalam negeri maupun
kebutuhan masyarakat manca negara. “Kesukaan konsumen
berganti sesuai dengan perubahan gaya hidup yang cepat, sehingga
datang dan perginya ‘subkultur’ tercermin dalam gejolak ekonomi”.7
Salah satu aspek atau unsur kebudayaan yang berpotensi untuk
5http://id.wikipedia.org; diunduh pkl. 2 0 .11, tgl. 1-4-2014.
to fle r , Alvin. Kejutan Masa Depan, Terj. Sri Koesdiyatinah SB. Jakarta: PT.
Pantja Simpati. 1992. H. 404.
7lbid.

