Page 17 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 17
67
Indonesia berada pada peringkat 38*iaik 12 peringkat dari periode tahun
2013 yang hanya berada pada posisi 50. Sesungguhnya kondisi
pertanian yang diharapkan bagaimana masalah ketahanan pangan yang
merupakan masalah laten dalam perekonomian Indonesia, dapat
terwujud sebagaimana telah diraih pada awai periode 1980-an yakni
‘swasembada beras’ dan telah diberi penghargaan dari Badan Dunia
untuk Pangan dan Pertanian (FAO). Kondisi demikian menjadikan negara
Indonesia menjadi negara pengekspor beras, tidak tergantung kepada
negara lain, sekaligus menjadikan beras sebagai makanan pokok. Tetapi
perlu dicatat bahwa ‘swasembada beras’ melahirkan implikasi panjang
berupa penyeragaman makanan pokok beras, padahal makanan pokok
beragam seperti jagung, umbi, dan sagu. Kemudian persoalan pangan
tidak lagi sebatas pemenuhan makanan pokok, tetapi juga mencakup
kebutuhan terhadap daging dan buah-buahan yang banyak bergantung
pada impor.
Kebijakan dan regulasi yang mengatur sektor pertanian dari hulu
sampai hilir diharapkan dikaji ulang terutama yang terkesan terjadi
tumpang tindih antar Kementerian Lembaga atau antar Pemerintah Pusat
dan Daerah.Tentu saja kebijakan dan regulasi ini sangat diharapkan
teijadi sinkronisasi, atau terintegrasi sehingga pembangunan pertanian
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
22. Kontribusi Revitalisasi Pembangunan Pertanian terhadap Penanggu*
langan Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan terhadap
Ketahanan Nasional
a) Kontribusi Revitalisasi Pembangunan Pertanian terhadap
Penanggulangan Kemiskinan
Dilaksanakannya revitalisasi pembangunan pertanian akan
memberikan kontribusi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Hal
ini dapat dijelaskan karena usaha-usaha pada sektor pertanian
umumnya berada di daerah perdesaan, dan petani sebagai pelaku
utamanya juga bermukim di perdesaan. Dan kondisi petani tersebut

