Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
yang berbeda identitasnya (suku, agam a, golongan) tetap bisa
berinteraksi dengan golongan lain tanpa merasa dirugikan.
Salah satu penyebab terjadinya ancam an disintegrasi
nasional, adalah kecemburuan sosial sebagai akibat merasa
diperlakukan tidak adil oleh pem erintah yang bisa dilihat dari
ketersediaan fasilitas sosial-ekonom i. Obyek ketidakadilan tersebut
bisa m asyarakat ataupun pem erintah daerah dalam kerangka
hubungan pusat dan daerah, sebagaim ana pernah terjadi di masa
Orde Lama maupun Orde Baru. Adanya rasa frustasi m asyarakat
luar Jaw a terhadap sentralisasi birokrasi, m enyebabkan m unculnya
pem berontakan-pem berontakan di daerah.
Sesungguhnya, birokrasi sipil dan m iliter m erupakan salah
satu kom ponen utama integrasi disam ping lem baga-lem baga
integ ratif lainnya seperti ideologi nasional, sistem pendidikan
nasional, partai politik, serta kem ajuan kom unikasi dan transportasi
(M agenda, 2001). Nam un, dalam pelaksanaannya, birokrasi sipil
dan m iliter m enim bulkan sentim en-sentim en prim ordial: kesukuan
agam a, dan golongan. Di Papua, m asyarakat protes karena etnis
Papua ham pir tidak ada yang m enduduki jabatan struktural di
birokrasi sipil dan m iliter di luar Papua. Begitu juga dengan faktor
agam a, sebagaim ana terjadi pada konflik Am bon m aupun Poso.
Kecem buruan sosial tim bul akibat tidak m eratanya
pem bangunan, dan itu bisa m enjadi salah satu bibit disintegrasi
bangsa, terlebih lagi bila dikaitkan dengan pengelolaan sum ber
kekayaan alam yang tidak sepenuhnya dinikm ati m asyarakat di
w ilayah asal sum ber kekayaan alam tersebut. Pem bangunan di
kawasan perbatasan yang lam bat dengan sarana dan prasarana
m inim , m em buat m asyarakatnya rentan m enjadi sasaran sentim en
prim ordial yang dikaw atirkan dapat m erusak integrasi nasional.
Sentim en prim ordial bisa m enim bulkan gerakan separatism e
sebagaim ana dikem ukakan Lijphart (1977), dengan m enyebut
22

