Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12
68
kesejahteraan bukanlah hal yang mustahil. Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis
sudah menjelaskan ciri manusia Indonesia, antara lain adalah soal sikap malas
dan kurang kreatif. Itulah sebabnya mengapa SKA Indonesia, akhirnya lebih
banyak dinikmati oleh asing.
Kemudian pada era sekarang ini ketika Pemerintah bahkan dunia
menggalakkan ekonomi kreatif, dan Indonesia dengan modal SKA, geografi
dan demografi yang juga memungkinkan untuk dikembangkan, yang diperlukan
adalah sumber daya manusia yang kreatif dan mandiri.
Indonesia dengan SKA dan kekayaan budaya serta tradisi yang jumlahnya
sangat banyak, sangat dimungkinkan menjadi pusat ekonomi kreatif dunia.
Sayangnya karena bangsa kita kurang peduli dengan pertumbuhan ekonomi
dunia, banyak peluang yang akhirnya diambil asing. Bahkan untuk busana
muslim saja, beberapa merek terkemuka dunia sudah menjadikan Indonesia
sebagai target pasar mereka yaitu Zalora, Wimdu, Foodpanda, PricePanda,
Lamudi, dan Carmudi. Magnus Grimeland Managing Director Zalora Indonesia,
mengatakan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa,
mayoritas populasinya adalah Muslim ditambah sekitar 75 juta orang online
setiap harinya menjadikan Indonesia pasar yang potensial.
Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pertumbuhan
bisnis pasar busana Muslim makin menggairahkan dengan data transaksi
busana muslim Eropa sebesar 1,5 miliar dollar per tahun. Potensi ekonomi
atau industri kreatif di Indonesia sangat besar. Sebagai contoh, Propinsi Jateng
pada tahun 2013 saja, melalui industri fashion sebagai salah satu industri
kreatif, berupa batik, tenun, busana muslim, dan bordir menyumbang 24%
perekonomian Jateng melebihi sektor pertanian yang hanya sebesar 14,5%. Itu
baru satu propinsi. Bila setiap propinsi mampu meningkatkan peran industri
kreatif sesuai dengan potensi kekayaan dan nilai-nilai tradisi daerah masing-
masing, pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat.
Data ini menunjukkan besarnya peluang kewirausahaan yang dapat
dikembangkan oleh sumber daya manusia Indonesia dalam industri kreatif.
Karena saat ini jumlah wirausaha Indonesia masih sangat terbatas, bahkan
kalah dari Malaysia, Thailand dan Singapura yang sudah memiliki 4 persen
wirausaha Indonesia seharusnya pada 2020 mampu menciptakan 10 persen
wirausaha dari total penduduk dari sebelumnya hanya 1,56 persen.

