Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7
karena kekhawatiran pemerintah pada masa reformasi disamakan
dengan pemerintah Orde Baru dan kekhawatiran pemerintah yang
dicap sebagai pengaruh Amerika Serikat. Lemahnya kontrol
pemerintah terhadap kelompok-kelompok radikal kemudian
membuat pemikiran-pemikiran radikal dapat berkembang bebas di
Indonesia pasca tahun 1998. Euforia pasca Reformasi telah
menyulitkan pemerintah Indonesia dalam melawan radikalisme dan
terorism e.73
3) Masih Banyaknya Dukungan Terhadap Radikalisme.
Dukungan bagi pemikiran-pemikiran radikal fundamentalis masih
besar. Golose (2008) mencatat bahwa Pasca pelaksanaan
eksekusi mati terpidana Bom Bali I, muncul suatu fenom ena baru
yang mengkhawatirkan. Para terpidana mati kasus terorisme oleh
sebagian masyarakat dijadikan sebagai simbol kepahlawanan
perjuangan umat Islam, yang dalam terminologi disebut syuhada.
Hal ini, m enurut Golose, berpotensi menimbulkan siklus terorisme,
dan terorisme tidak akan berakhB menjadi dendam yang
berkelanjutan.74 Contoh lain juga dapat terlihat ketika FPI
melakukan Shalat Gaib atas meninggalnya Osama Bin Laden. Hal
ini m enimbulkan tantangan bagi pemerintah untuk dapat
menghentikan siklus radikalisme dan terorisme di Indonesia, agar
kegiatan tersebut tidak mendapatkan dukungan dari golongan
m asyarakat yang lebih luas.75
4) Ideologi radikal yang berkembang dengan cepat.
Walaupun masyarakat muslim Indonesia didominasi oleh golongan
moderat, namun pada tahun-tahun belakangan ini ideologi radikal
73 Smith, op. cit., him 101-103.
74 Golose, op. cit. him 57-58.
75 Ibid, him 57
45

