Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4

32

  diharapkan oleh teroris47 Cara tersebut menyiratkan bahwa teror tidak
 terlalu peduli dengan korban akibat dari aksinya, walaupun korban bukan
 sasaran pokok gerakan terorisme. Dalam konteks global telah
 menempatkan teror sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu
 bahkan sudah mengarah kepada political terrorism.

           Realitas sebuah aksi teror hanya merupakan sebuah "puncak
 gunung es" dari sebuah atau gabungan masalah sosial termasuk politik
 yang memunculkan gabungan isu-isu tertentu misalnya isu kemiskinan
 dengan agama, isu politik dengan agama atau isu kebijakan dengan
 kepentingan golongan. Dengan kata lain, terorisme muncul karena
 berbagai faktor penyebab antara lain kemiskinan, ketidakadilan, kelemahan
 aparat dan usaha-usaha untuk menyebarkan ideologi ekstrim. Meskipun
 masalah kemiskinan dibantah oleh Kepala BNPT Ansyaad Mbai48.

          Aksi terorisme dapat digolongkan ke dalam kekerasan politik atau
kekerasan sipil49. Kekerasan politik mencakup spektrum yang sangat luas,
mulai dari unjuk rasa atau protes dengan menggunakan kekerasan,
pemberontakan spontan/sporadis, pemberontakan berencana dan berlanjut
kudeta sampai kepada revolusi. Kekerasan politik berbentuk terorisme
pengertiannya termasuk juga penggunaan ancaman kekerasan oleh
pemerintah terhadap rakyatnya atau sebagian dari rakyatnya sendiri.

          Sebaliknya, dalam perspektif keamanan nasional, terorisme
merupakan suatu ancaman tidak saja terhadap keamanan dan ketertiban
masyarakat, namun yang terpenting bahwa melindungi negara dari
ancaman negara lain termasuk terorisme merupakan protector value dalam
arti luas. Aksi terorisme yang sering terjadi mengindikasikan adanya hal-
hal negatif atau ketidaksenangan terhadap pemerintah atau rezim tertentu
yang ditunjukkan melalui kekerasan, seperti pemboman, pembajakan,
penculikan atau menakut-nakuti yang disertai dengan ancaman.

47 Poerba Zakarias, 2008. Masalah Keamanan dalam Konteks Intelijen-teror dan Reformasi Praktik
     Keamanan Konteks Kepolisian.

48 Kepala Badan Nasionai Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, dalam diskusi di
     ruang pers DPD, Senayan, Jakarta, Jumat, 6 Mei 2011. Sedangkan mengenai pertumbuhan
     radikalisme, menurutnya, banyak sekali teori yang bisa menjelaskan itu. Tapi, dia membantah
     kalau kemiskinan dan ketidakadilan sebagai faktor

49 Dewi Triwahyuni, 2008. Teroris Sebagai Non-State Actor Baru dalam Hubungan Internasional.
     Diunduh dari http://www.dewitri.wrldpress.com tanggal 28 April 2011.
   1   2   3   4   5   6   7   8   9