Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

35

                                                           BAB IV
                               PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

       15. Umum
              Telah beberapa kali disebutkan di bagian terdahulu bahwa masalah

     penyelundupan manusia tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Banyak sekali negara
     yang mengalami situasi terkait penyelundupan manusia, baik dalam kaitannya
    sebagai kawasan sumber pengungsi, kawasan transit serta kawasan destinasi
    ataupun tujuan. Tidak semua negara yang nampaknya menjadikan penyelundupan
   manusia sebagai prioritas (misalnya Eropa tahun 1970-an). Dan kalaupun sekarang
   dianggap sebagai permasalahan, cara penanganannya pun berbeda-beda.

           Pada bab ini akan diperlihatkan situasi global dan regional menyangkut
  penyelundupan manusia, serta diakhiri dengan paparan mengenai situasi di
  Indonesia sendiri.

 16. Pengaruh Perkembangan Global
         Sebagaimana kejahatan trans-nasional pada umumnya, naik-turunnya

 kejahatan ini bergantung pada situasi keamanan dan politik di suatu negara. Ketika
situasi keamanan dan politik di suatu negara membaik, maka konsentrasi kejahatan
trans-nasional pindah ke negara lain. Sebaliknya, begitu konflik meletus di suatu
negara, tak lama kemudian terlihat fenomena baru, seperti arus keluar pengungsi
dari negara tersebut menuju negara lain. Tentunya, status mereka adalah ilegal saat
memasuki negara lain.

        Dari sekian banyak negara, Afghanistan merupakan negara yang pada
dekade ini sangat bergejolak terkait situasi keamanan dan politiknya, sehingga tak
mengherankan warga Afghanistan (disusul Iraq)25 merupakan warga negara asing
yang terbanyak yang terdata masuk ke Indonesia, entah dalam rangka transit
ataupun sebagai pencari suaka di Indonesia.

25 Gambaran ini juga selaras dengan data UNHCR (2010) yang menunjukkan bahwa Afghanistan
merupakan sumber utama terjadinya mobilitas migran ilegal di Asia Pasifik (sekitar 2,9 juta orang)
dan kemudian Iraq (1,8 juta jiwa).
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10